Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Penyesalan

1 April 2016   18:22 Diperbarui: 1 April 2017   08:54 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="penyesalan (sumber gambar: catatanpinggir.com)"][/caption]

 “Nak, lihatlah di luar, Ayah beli mobil” ucap pria 39 tahun itu dengan nada gembira.

 “meskipun hanya mobil bekas, tapi masih bagus” jelasnya. “Kita bisa jalan-jalan, ke manapun Aufa mau”  

Ia terus berbicara, sembari menatap wajah anaknya, Aufa. Dalam hati, Ia berharap akan muncul kegembiraan di wajah cantik Aufa.

Bunda pengen jalan-jalan ke mana?” Ia mengarahkan pandangan ke wajah Istrinya, perempuan anggun yang Ia nikahi 9 tahun lalu.

Ia melihat ada senyum di bibir istrinya.

Kita jalan jalan bertiga, tak perlu takut hujan lagi” ucapnya lagi.

...

Empat bulan lalu, Aufa sempat demam, gegara kehujanan diperjalanan, yang menggunakan sepeda motor. Motivasi utama membeli mobil adalah agar dapat bepergian sekeluarga dengan aman dan nyaman.

...

bagaimana kalau besok Kita ke Pantai Drini Wonosari” Ia menawarkan untuk pergi ke pantai yang baru dikembangkan di wilayah Yogyakarta.

Istrinya tetap menampakkan senyum lembut, sama seperti tadi.

 ...

Melihat putrinya tak memunculkan ekspresi bahagia, hanya diam, Ia kembali mengalihkan pandangan ke putrinya.

aufa kok gak gembira? Aufa kan suka pantai, bisa main air dan pasir” Ia sangat paham tempat favorit putrinya itu.

Namun, Anak usia 7 tahun itu tetap saja diam.

ooh iya, ayah lupa” Ia mengingat sesuatu.

setelah dari pantai, nanti Ayah memanggil tukang untuk mengecat dinding kamarmu

Tiga Bulan lalu, Aufa meminta kepada ayahnya, agar dinding kamarnya dicat warna biru laut. Sebenarnya bukan hanya kamar Aufa yang belum dicat, semua dinding rumah belum ada yang dicat. Rumah itu baru selesai dibangun 5 bulan lalu, baru ditinggali 2 minggu kemudian. Sebelumnya, Mereka tinggal di rumah kontrakan, selama 8,5 tahun. Dalam waktu itu, Mereka nomaden, mencicipi 6 rumah kontrakan yang berbeda. Bukan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan, tetapi selalu mencari rumah kontrakan yang lebih murah.

Nanti kamar Aufa bukan cuma Ayah cat warna biru laut, akan Ayah beri gambar-gambar pantai” Ucapnya dengan wajah berbinar, berharap putrinya akan bahagia.

Sembari menunggu ekspresi bahagia putrinya, Ia melirik Istrinya. Istrinya tetap tersenyum, lembut dan anggun.

Melihat ekspresi aufa tak berubah, Ia kembali berbicara kepada istrinya. “Nda, Ayah bersyukur, sekarang kita sudah punya rumah yang nyaman, rumah milik Kita, tak perlu pindah-pindah lagi

Namun, tiba-tiba, Air keluar dari mata lelaki itu. Begitu deras, tak terbendung. Air mata yang diiringi suara sesenggukan pria gagah. Air mata yang terus menetes dan membasahi foto almarhumah Istri dan anaknya, yang meninggal 2 bulan lalu. Dalam sebuah kecelakaan sepeda motor, saat menjemput Aufa dari sekolah. 

"Harusnya dulu aku yang menjemput Aufa!!!" Tugas luar kota yang dijalaninya, memaksa istrinya yang menjemput Aufa. Padahal istrinya belum terlalu terampil berkendara sepeda motor.

Ia pun berteriak sejadi-jadinya, dalam isak tangis, memecah keheningan rumah impiannya. Ia merasa sangat menyesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun