Sembari menunggu ekspresi bahagia putrinya, Ia melirik Istrinya. Istrinya tetap tersenyum, lembut dan anggun.
Melihat ekspresi aufa tak berubah, Ia kembali berbicara kepada istrinya. “Nda, Ayah bersyukur, sekarang kita sudah punya rumah yang nyaman, rumah milik Kita, tak perlu pindah-pindah lagi”
Namun, tiba-tiba, Air keluar dari mata lelaki itu. Begitu deras, tak terbendung. Air mata yang diiringi suara sesenggukan pria gagah. Air mata yang terus menetes dan membasahi foto almarhumah Istri dan anaknya, yang meninggal 2 bulan lalu. Dalam sebuah kecelakaan sepeda motor, saat menjemput Aufa dari sekolah.
"Harusnya dulu aku yang menjemput Aufa!!!" Tugas luar kota yang dijalaninya, memaksa istrinya yang menjemput Aufa. Padahal istrinya belum terlalu terampil berkendara sepeda motor.
Ia pun berteriak sejadi-jadinya, dalam isak tangis, memecah keheningan rumah impiannya. Ia merasa sangat menyesal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H