Anak-anak yang mendapatkan asupan gizi yang baik dan seimbang sejak dini mulai dari dalam kandungan ibu mempunyai peluang yang lebih besar untuk tumbuh dan kembang dengan baik. Anak yang sejak kecil telah mendapatkan asupan gizi yang baik tentu akan memiliki daya tahan tubuh yang kokoh, dan mencapai potensi yang maksimal dalam belajar.
Sebaliknya kurangnya gizi dalam makanan yang dikonsumsi akan membawa dampak yang serius dalam pertumbuhannya, mulai dari stunting sampai dampak jangka panjang yaitu rendahnya tingkat kecerdasan dan selanjutnya kurang produktivitasnya.
Itulah sebabnya melalui program Makan Bergizi Gratis diharapkan dapat memenuhi kembali kekurangan gizi akibat konsumsi makanan kurang bergizi dari keluarga anak-anak sekolah.Â
Beberapa data survei BPS NTT terkait konsumsi makanan di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sebagai berikut:
Jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi penduduk NTT adalah beras (14,25%), nasi campur/rames (2,44%), ikan segar lokal (1,47%), dan gula pasir (1,42%).
Konsumsi makanan bergizi lebih baik umumnya di masyarakat perkotaan, seperti daging ayam, dan ikan. Konsumsi tahu dan tempe di NTT rata-rata sekitar 0,1 kg per kapita sebulan.
Maka penilaian konsumsi pangan merupakan salah satu metode untuk mengetahui status gizi perorangan atau kelompok. Sebab makanan sehat dan bergizi memiliki nilai gizi seimbang dan mengandung nilai gizi yang esensial untuk tubuh seperti vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, serat, dan air.Â
Apabila dalam hal konsumsi di keluarga dan nilai-nilai gizi seimbang ini tidak dipenuhi, maka dapat dipastikan anak-anak akan mengalami stunting dan penyakit lainnya. Dengan demikian sudah pasti juga akan mempengaruhi kemampuan dan kecerdasan anak di sekolah.
Sekolah Bergizi
Adanya program makan bergizi gratis di sekolah patut kita hargai dan didukung agar menjangkau semua anak di seluruh Indonesia supaya pada waktunya anak-anak, termasuk di IndonesiaTimur bisa keluar dari persoalan stunting dan kebodohan.
Program makan bergizi gratis senilai 10 ribu rupiah yang akan dilaksanakan selama 5 tahun ke depan pada masa kepemimpinan Prabowo-Gibran kiranya bisa memberikan asupan gizi yang cukup bagi anak-anak sekolah kita.
Namun pertanyaannya adalah akankah program ini berkelanjutan setelah 5 tahun? Apakah yang akan terjadi terhadap anak-anak sekolah setelah 5 tahun ini, semuanya masih tanda tanya.Â
Kalau anak-anak hanya diberi makanan bergizi saja akankah dengan sendirinya mereka akan menjadi pintar, kalau tidak dibarengi dengan pendidikan dan sekolah yang bergizi?
Karena itu, program makan bergizi gratis ini sebaiknya dibarengi atau diberikan juga dengan pemberian sekolah bergizi gratis. Harus diakui bahwa banyak sekolah kita 'tidak bergizi.'Â