Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Apa Dengan Keluarga Saat Ini, Sebuah Pertanyaan Aktual

16 Desember 2024   22:14 Diperbarui: 16 Desember 2024   22:14 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Krisis keluarga (Foto Stok: depositphotos.com)

Ada Apa Dengan Keluarga Saat Ini, Sebuah Pertanyaan Aktual

Sekedar Pengantar

Tak tahu mengapa tiba-tiba saya berkeputusan untuk menulis tentang situasi dan kondisi yang dihadapi keluarga-keluarga saat ini? Mungkinkah ini suatu dorongan supra natural? Tapi setahu saya tidak. Rupanya ini betul-betul dorongan secara sadar tahu dan mau untuk menulis dan menulis tentang keluarga.

Bukankah keluarga itu garda terdepan dari semua kehidupan ini? Semua makhluk manusia berasal dari keluarga. Siapa pun dia, apa pun statusnya, pasti berasal dari keluarga.

Keluarga itu memiliki banyak pengertian. Ia adalah sel terkecil dalam masyarakat, namun ia begitu penting. Dari keluargalah kita mengetahui keberadaan seseorang.

Berita dari detiknews

Saya betul-betul tak habis berpikir dan merenung. Bayangkan "Satu Keluarga Tewas di Ciputat, Suami Diduga Terlilit Pinjol," demikian Headline detiknews, Senin, 16 Desember 2024.

"Polisi masih melakukan penyelidikan terkait kasus satu keluarga tewas di Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Berdasarkan keterangan warga, suami korban sempat bercerita terlilit pinjol," tulis koran detiknews.

Dalam kasus ini, ketiga korban berinisial AF (31), YL (28), dan AH (3).Polisi menduga korban bunuh diri.

Belum diketahui motif bunuh diri tersebut.

Berdasarkan serangkaian olah tempat kejadian perkara, korban YL dan AH ditemukan dalam kondisi terbaring kaku. Sedangkan korban AF ditemukan dalam kondisi tergantung di dapur.

Berdasarkan berita tersebut, yang mati adalah Ayah, ibu dan anak. Jadi satu keluarga mati bersama-sama.

Ada Apa dengan Keluarga Saat Ini?

Sebuah pertanyaan yang aktual? Mengapa mereka memilih cara bunuh diri? Meskipun motifnya belum diketahui, namun yang jelas bahwa mereka bertiga, satu keluarga terdiri dari Ayah, Ibu dan anak yang baru berusia tiga tahun mati mengenaskan dalam rumah mereka sendiri.

Keluarga Mengalami Krisis

Saat ini banyak keluarga diterpa krisis. Ada banyak sekali krisis yang dialami keluarga-keluarga, baik keluarga muda, dewasa, maupun tua. Tentu saja dengan kadar krisis yang berbeda-beda.

Ada krisis kepercayaan dalam keluarga antara suami istri dan anak. Krisis kepercayaan karena hilang kepercayaan terhadap peran dan fungsi masing-masing. Ada banyak hal yang menjadi penyebab krisis kepercayaan ini, antara lain pengaruh media komunikasi yang semakin canggih.

Canggihnya teknologi tidak sebanding dengan kemajuan berpikir, pengetahuan dan pengalaman manusia yang menggunakan teknologi komunikasi yang canggih itu.

Dunia android yang semakin maju, tidak sepadan dengan pengetahuan para pengguna termasuk keluarga-keluarga untuk memfilter segala praktek di dalamnya. Suami istri tidak saling percaya dalam segala hal.

Ada krisis ekonomi menimpa keluarga-keluarga saat ini karena berbagai kemahalan. Bisa kita bandingkan dengan ditutupnya ratusan Alfamart di seluruh Indonesia dengan salah satu alasan adalah rendahnya daya beli masyarakat.

Mengapa daya beli masyarakat berkurang atau rendah? Bukan hanya harga barang yang mahal sehingga tidak bisa dijangkau oleh masyarakat, tetapi cara untuk mendapatkan uang pun semakin sulit.

Akibat lanjutnya adalah terlilit utang, terutama utang pinjol. Karena sudah menempuh berbagai cara namun tidak bisa mendatangkan uang, maka salah satu pelarian yang paling tepat adalah Pinjaman Online alias Pinjol yang katanya dijamin cepat, mudah, murah, dan tanpa jaminan.

Maka menimbulkan krisis lain yaitu krisis iman. Dalam keadaan yang serba tidak pasti seharusnya mereka bersandar pada kekuatan iman, entah dari agama apa pun. Iman bisa menyelamatkan mereka dari keterpurukan itu kalau mereka semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Namun itu tidak mereka lalukan. Malah mereka semakin menjauh dari Tuhan dalam hal iman. Maka dalam situasi seperti itu, iman yang seharusnya menjadi jaminan bagi mereka, malah ditinggalkan. Akibatnya tidak ada kekuatan dan sandaran bagi mereka, maka jalan pintas yang ditempuh. Bunuh diri, menurut mereka pilihan yang paling tepat, pada hal tidak seharusnya demikian.

Bagaimana Seharusnya?

Jumlah keluarga yang memilih mengakhiri hidup bersama-sama seperti yang dialami keluarga AF,  YL dan AH bukanlah yang pertama kali, tetapi merupakan korban yang kesekian kali dan banyaknya.

Keluarga Membantu Keluarga (Family Helping Family)

Untuk itu tentu tidak ada orang lain atau institusi lain yang bisa menyelamatkan keluarga selain pertama-tama adalah keluarga itu sendiri.

Maka keluarga-keluarga perlu membangun solidaritas antar keluarga untuk membangun keprihatinan bersama dengan keluarga-keluarga lain. 

Seperti dikatakan Santo Paulus, jika satu anggota tubuh menderita, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut menderita. Dalam hal ini, mereka yang berkecimpung dalam organisasi keluarga-keluarga haruslah yang pertama-tama turun tangan membantu mengatasi aneka krisis tersebut.

Sebagai contoh Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia mesti turun tangan untuk membantu mencarikan jalan keluar untuk mengatasi berbagai persoalan yang menimpa keluarga tersebut.

Pemerintah RI

Menghadapi berbagai kasus yang menimpa keluarga-keluarga saat ini seperti di atas, pemerintah sebagai penanggungjawab kemaslahatan masyarakat banyak perlu bertindak agar ke depan tidak terjadi lagi korban-korban dengan cara yang sama. 

Bapak Presiden Prabowo Subianto perlu turun tangan menghadapi persoalan-persoalan praktis yang menyangkut keluarga karena ketidakmampuan untuk membeli produk, selain itu semakin menjamurnya pinjol juga bisa menjadi soal tersendiri.

Karena itu sekali lagi pemerintah mesti turun tangan untuk membenahi hal-hal yang menyebabkan krisis bagi keluarga-keluarga ini. 

Pimpinan Agama

Semakin banyak kasus-kasus serupa menimpa keluarga, sebenarnya yang ikut bertanggung jawab adalah pimpinan agama masing-masing. Setiap agama memang tidak mengajarkan agar umatnya memilih menghabisi hidupnya dengan cara bunuh diri karena itu adalah dosa. 

Namun tidak dapat dipungkiri, bila tidak ada lagi jalan keluar yang harus diambil. Maka kehadiran pimpinan atau tokoh agama untuk mendampingi keluarga-keluarga sangatlah penting.

Agama mengajarkan bahwa kerja keras harus dibarengi dengan doa yang mendalam dari kedalaman iman, sehingga selalu ada jalan keluar.

Dengan demikian menghindarkan diri dari bunuh diri bersama-sama sebagai satu keluarga. Karena sesungguhnya masih ada jalan lain ke Roma yang bisa ditempuh, kalau selalu membuka diri dengan Tuhan dan sesama.

Penutup

Paus Fransiskus telah menetapkan tahun 2025 sebagai Tahun Yubileum dengan tema "Peziarah Harapan." Maka Pimpinan Gereja Katolik sejagat itu meminta agar keluarga-keluarga menjadi peziarah harapan.

Bagaimana caranya supaya keluarga-keluarga itu menjadi peziarah harapan?

Menurut Paus Fransiskus, ketika ratusan ribu orang pergi ke Roma untuk tahun Yubileum, termasuk keluarga-keluarga, mereka maju dengan harapan, percaya bahwa Tuhan siap, melakukan mijizat dalam hidup mereka.

Kata Paus Fransiskus, "Mungkin mereka pergi dengan niat tertentu atau kecemasan yang berat di hati mereka. Mungkin mereka pergi atas nama anggota keluarga atau teman. Mereka melakukan ziarah dengan harapan, mengetahui bahwa doa-doa mereka akan dijawab-bahkan jika dengan cara yang tidak mereka harapkan atau bayangkan."

Dengan menjadi keluarga peziarah pengharapan, maka pilihan untuk menghabiskan nyawa dengan cara bunuh diri tidak akan dan tidak pernah ada dalam kamus kehidupan mereka. 

Asal saja keluarga-keluarga mendekatkan diri dengan Tuhan dan dengan sesama, maka "Mujizat" pasti terjadi dan bantuan akan tiba pada waktunya sehingga tidak perlu melakukan bunuh diri secara bersama dengan anggota keluarga.

Maka pertanyaan aktual: Ada Apa dengan Keluarga-Keluarga saat ini? Keluarga-keluarga saat ini sedang mengalami berbagai krisis dan persoalan hidup berat. Dan karena itu perlu mendapatkan bantuan dan jalan keluar baik dari para pemerhati keluarga, pemerintah maupun tokoh-tokoh agama.

Terima kasih sudah membaca tulisan sederhana ini. Semoga bermanfaat.

Atambua: 16.12.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun