Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nekad Utang untuk Pesta Pernikahan yang Meriah dengan Iming-Iming Amplop Menutup Seluruh Biaya

23 November 2024   16:42 Diperbarui: 23 November 2024   19:11 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Resepsi pernikahan di Hotel The Ritz-Carlton Bali. Foto: Instagram @rizkyfbian) 

Nekad Utang Untuk Pesta Pernikahan yang Meriah dengan Iming-Iming Amplop Menutup Seluruh Biaya

Pernikahan adalah ibadah dan setiap ibadah akan bermuara pada cinta-Nya sebagai tujuan. Maka sudah sewajarnya setiap upaya untuk meraih cinta-Nya mesti dilakukan dengan sukacita.

Saat ini untuk menyelenggarakan sebuah pesta pernikahan yang meriah bukanlah hal yang mudah. Semua harga bahan, barang dan jasa tidak murah lagi.

Banyak hal mesti mendapatkan pertimbangan yang matang. Meskipun pernikahan itu sebuah acara yang sakral dan diniatkan untuk dilakukan sekali untuk seumur hidup, namun rencana resepsi dengan kehadiran banyak orang dan ditempat yang spesial dengan acara spesial pula tidaklah semurah dahulu ketika orang tua kita menikah.

Saat ini boleh dikatakan sebagai zaman serba kemahalan. Maka menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan modal nekad dan iming-iming akan menerima banyak amplop dan menutup semua biaya hanyalah sebuah ilusi.

Banyak pengalaman telah membuktikan hal ini. Merencanakan pesta pernikahan dengan acara besar-besaran berakhir dengan hutang, bahkan pada akhirnya berujung pada cerai karena saling menuding bukan hanya di antara kedua mempelai, tetapi melibatkan juga keluarga besar, dalam hal ini orang tua kedua belah pihak.

Tulisan ini hendak mengangkat sebuah sharing pengalaman yang tidak mengenakkan gara-gara menyelenggarakan pesta pernikahan untuk gagah-gagahan namun berujung perceraian, dan beberapa tips untuk menghindari hal itu, serta makna yang harus dipetik dari pengalaman pahit itu.

Sebuah Sharing Pengalaman

Sudah banyak kali kami bertindak sebagai wali pernikahan atau dalam tradisi Agama Katolik disebut Saksi Pernikahan Kudus.Sering disebut juga dengan istilah "menjadi bapa-mama ani pernikahan."  Ada banyak pengalaman yang terjadi dengan "anak-anak ani kami."

Tentu saja kami tidak bermaksud untuk membuka rahasia yang sudah lama tersimpan dalam benak kami, namun semata-mata untuk menjadi sebuah pembelajaran yang bermakna, sekaligus mengenang kembali masa-masa sulit saat itu.

Kini 'anak-anak ani' kami itu sudah hampir memasuki usia perak pernikahan. Kami berharap sharing ini dapat berguna bukan hanya bagi banyak orang, tetapi terutama bagi mereka untuk ke depan, termasuk anak-anak mereka ketika menikah nanti.

Ada yang sungguh-sungguh sudah menyiapkan rencana pernikahan mereka dari awal yaitu kedua calon mempelai ketika mereka masih berpacaran. 

Mereka telah menabung dan merencanakan dengan matang resepsi pernikahannya. Untuk itu mereka memilih resepsi pernikahan yang sederhana  dengan undangan yang terbatas dan pada siang hari.

Tentu saja ini tidak terlalu memakan biaya. Namun kekurangannya adalah "rela" untuk dikatain oleh tetangga atau orang lain sebagai orang yang tidak mampu membuat pesta atau pelit atau berbagai 'cap' lainnya.

Namun ada juga yang sebenarnya belum siap untuk menyelenggarakan pesta sebesar itu. Harapan mereka pada bantuan orang tua. Apa lagi dengan kehadiran orang tua yang berpengaruh dalam masyarakat, mereka mau menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah.

Pestanya pada malam hari dengan banyak undangan yang hadir, dengan dekorasi yang glamour, dan berbagai acara yang meriah lainnya.

Tapi dari mana duit untuk penyelenggaraan pesta sebesar itu? Ayo coba ditebak, dari manakah itu? 

Sumbernya sudah pasti: Pertama, dari melakukan kredit atau utang! 

Kedua, dari mengharapkan kumpul keluarga atau 'Fui Tuak" 

(cfr. https://www.kompasiana.com/yosef90274/673fbeaac925c434f07c81b4)

Maka akibatnya sudah bisa ditebak: pertama, memasuki perkawinan dan rumah tangga dengan membawa utang. kedua, hubungan dan relasi suami istri sejak awal menjadi tidak harmonis karena mulai dengan utang, ketiga, salah satu atau kalau tidak keduanya bekerja untuk menutup utang dengan cara menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Dan ujung-ujungnya adalah cerai. Ini tentu pengalaman yang sangat tidak enak dan tidak boleh ditiru oleh generasi muda saat ini!

Beberapa Tips untuk Menghindari Pesta Pernikahan dengan modal nekad dan sekaligus menjadi pembelajaran untuk kita

Bagaimana caranya untuk menghindari penyelenggaraan pesta pernikahan model seperti yang telah dikisahkan di atas?      Berdasarkan pengalaman penulis, berikut beberapa tips untuk menghindarinya sebagai berikut:

1.    Rencanakanlah Pernikahan Anda dengan Matang

Pasangan yang ideal adalah pasangan yang sungguh merencanakan pernikahannya dengan matang. Sejak mereka berpacaran, mereka telah memiliki rencana yang matang bagaimana kelak mereka menikah nanti. Kata orang, "Apa yang Anda pikirkan hari ini, itulah yang akan terjadi pada hari esok!"

Merencanakan pernikahan dengan matang entah ada resepsi baik pada malam atau siang hari, dengan beraneka macam acara, tentu sangat berpengaruh dari isi dompet yang Anda miliki. Asalkan janganlah menyelenggarakan pesta pernikahan yang besar, namun dimulai dari utang. Hindarilah itu!

2.   Berpikir dan bertindaklah Realistis

Tips kedua mengajak Anda untuk berpikir dan bertindak secara realistis. Apa artinya itu? Anda berdualah yang paling tahu kemampuan Anda untuk menyelenggarakan pesta. Janganlah selalu bersandar pada keberadaan orang tua. Sebab bukan mereka yang akan menjalani kehidupan keluarga, tetapi Anda berdua sendiri. Maka sekali lagi mesti berpikir dan bertindak secara realistis atau sesuai kenyataan.

3.   Jangan mengikuti perasaan "apa kata orang"

Janganlah kita mau menyelenggarakan pesta pernikahan supaya dipuji orang. Atau janganlah kita membuat resepsi pernikahan yang besar berdasarkan 'apa kata orang' kepada kita.

Sesungguhnya orang-orang itu hanya mau merencanakan sesuatu yang buruk kepada kita. Ketika kita mengalami keterpurukan karena utang, mereka malah akan tertawa puas!

4.  Selenggarakanlah Resepsi Pernikahanmu yang sederhana

Pola hidup sederhana adalah pola hidup yang dianjurkan kepada kita. Supaya kita hidup sesuai dengan keberadaan kita. Janganlah kita berlaku "besar pasak daripada tiang."

Banyak orang yang sukses atau bahagia dalam perkawinan mereka justru karena mereka memulainya dari kesederhanaan.

Sebab lebih baik kalau Anda memiliki prinsip ini : "Lebih baik sederhana tapi bahagia, daripada mewah tapi berutang!" 

Janganlah mengorbankan keutuhan keluargamu gara-gara menyelenggarakan pesta nikah demi gagah-gagahan atau gengsi orang tua.

Janganlah gara-gara membuat pesta nikah yang meriah, kemudian suami atau istri harus pergi menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) bahkan illegal dan tak pernah kembali lagi alias cerai.  

5.  Janganlah Menggantungkan Harapan pada Amplop yang terkumpul untuk menutup seluruh biaya Pesta

Adalah suatu prinsip yang naif, bila berharap bahwa dengan membuat pesta yang besar dan  dengan menghadirkan banyak orang, pasti akan mendapatkan banyak 'amplop' yang bisa menutup kembali seluruh biaya pesta tersebut.

Pengalaman membuktikan, ini suatu ilusi. Tahukah Anda? 

Di Timor, banyak undangan yang datang tanpa membawa amplop artinya mereka lebih banyak makan gratis. Itulah yang disebut "Rompes" alias rombongan pesta makan gratis.

Ada undangan yang membawa amplop tapi isinya berapa? Dua ribu rupiah. Bisa beli apa? Dan lebih naif lagi, ada undangan yang hanya iseng, membawa amplop tanpa isi alias amplop kosong. 

Bahkan ada undangan yang mengisi amplop dengan nota kontan dari belanjanya di toko atau alfamart. Ini tentu sesuatu yang tidak boleh ditiru dan menjadi suatu praktek yang tidak ber-etika. Namun kenyataannya ada.

Lalu bagaimana bisa dari isi amplop seperti ini dapat menutup kembali seluruh biaya pesta? 

Ini tentu sebuah PHP alias pemberian harapan palsu.

Akhirnya, setiap pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman sepahit apapun pasti ada hikmahnya. Maka marilah kita memetik beberapa pelajaran dari pengalaman pahit itu untuk kita, terutama kepada generasi muda dan para calon pengantin masa depan. "Jadilah dirimu sendiri!"

Terima kasih. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi Anda!

Atambua: 23.11.2024

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun