Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia dalam Bingkai "Faith, Fraternity, and Compassion"

30 Agustus 2024   19:47 Diperbarui: 1 September 2024   19:26 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menag RI bertemu Paus Fransiskus di Vatikan/Kementerian Agama RI

Lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 merupakan sebuah peristiwa historis yang patut dicatat dalam sejarah hubungan bilateral antara Indonesia dan Takhta Suci Vatikan.

Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan perihal kedatangan para Paus ke Indonesia, mulai dari Paus Paulus VI, Paus Yohanes Paulus II, dan akhirnya Paus Fransiskus dalam bingkai Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa; dan maknanya bagi umat Katolik Indonesia.

Kunjungan Pertama oleh Paus Paulus VI tahun 1970

Kunjungan Paus ke Indonesia kali ini merupakan yang ketiga kalinya dalam sejarah Indonesia. Kunjungan pertama dilakukan oleh Paus Paulus VI pada 3-4 Desember 1970 di Jakarta.

Paus Paulus VI yang bernama asli Giovanni Battista Enrico Antonio Maria Montini, merupakan pemimpin Gereja Katolik yang pertama kali pernah melakukan kunjungan ke Indonesia.

Meskipun kunjungan tersebut sangat singkat dan bukan merupakan kunjungan resmi kenegaraan, namun seperti diberitakan oleh Kantor Berita Antara, kedatangan Paus Paulus VI itu disambut dengan sangat antusias oleh umat dan seluruh masyarakat Indonesia. Presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto menyambut langsung kedatangan Paus Paulus VI yang ketika itu mendarat di Bandara Internasional Kemayoran, tanggal 3 Desember 1970.

Setelah berkunjung ke Gereja Katedral Jakarta untuk melakukan ibadat dan bertemu dengan para imam dan biarawan-biarawati Indonesia, Paus Paulus VI juga melakukan pertemuan resmi bersama Presiden Soeharto di Istana Merdeka Jakarta. 

Dalam pertemuan kenegaraan itu, Paus menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Indonesia yang dinilainya sangat dinamis dan menjunjung tinggi penghormatan atas kebiasaan spiritual masyarakat.

Pada keesokan harinya tanggal 4 Desember 1970, Paus memimpin Perayaan Ekaristi agung di Gelora Bung Karno yang dihadiri oleh seluruh umat Katolik Indonesia.

Dalam homilinya, Paus Paulus VI menguraikan kepada seluruh umat yang hadir baik umat Katolik sendiri maupun umat beragama lain, tentang eksistensi Yesus Kristus dalam Agama Kristen.

Kunjungan II oleh Paus Yohanes Paulus II tahun 1989

Kunjungan resmi kedua yang dilakukan oleh Pemimpin Tertinggi Takhta Suci Vatikan adalah Paus Yohanes Paulus II atau dengan nama asli Karol Jozef Wojtyla. Kunjungan ini merupakan kunjungan yang terlama yaitu selama seminggu mulai tanggal 8 sampai dengan 12 Oktober 1989. 

Dalam kunjungan ini, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi beberapa kota dengan penduduk beragama Katolik terbanyak yaitu Jakarta, Yogyakarta; Dili; Maumere; dan Medan.

Seperti yang diberitakan Antara bahwa kunjungan Paus Yohanes Paulus II dimulai dari Jakarta. Paus memimpin Misa Kudus di Stadion Utama Senayan pada tanggal 9 Oktober 1989 dan dilanjutkan dengan pertemuan empat mata dengan Presiden Soeharto di Istana Merdeka.

Pada tanggal 10 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan bertemu dengan para biarawan-biarawati di Gereja Katedral Jakarta.

Selanjutnya pada hari yang sama Paus bertolak ke kota Yogyakarta yang disambut meriah umat Katolik Yogyakarta. Paus Yohanes Paulus II memimpin Misa Kudus di Lapangan Dirgantara Yogyakarta yang dihadiri baik oleh umat Katolik sendiri maupun pimpinan dan umat beragama lainnya.

Pada hari berikutnya, Paus berkunjung ke Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Di sana Paus memimpin Misa agung di Stadion Samador Maumere, dan mengunjungi Seminari Tinggi Ritapiret.

Setelah mengunjungi Kota Dili (waktu itu Provinsi ke-27 RI yaitu Timor Timur. Kini Negara Timor Leste), dan Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 14 Oktober 1989, Paus bertolak meninggalkan tanah air Indonesia.

Dalam kunjungan apostolik ini, Paus Yohanes Paulus II yang kini telah menjadi Santo Yohanes Paulus II menyampaikan pesan sederhana kepada seluruh umat Katolik di Indonesia untuk semakin meneguhkan iman kepada Yesus Kristus.

Kunjungan III oleh Paus Fransiskus tahun 2024.

Setelah 35 tahun silam Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Indonesia, baru pada tahun 2024, Paus Fransiskus akan melawat lagi ke Indonesia. Dalam kunjungan ketiga ini, Paus Fransiskus yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio rencananya akan tiba di Indonesia pada 3-6 September 2024.

Ada sejumlah agenda yang akan dilaksanakan oleh Paus Fransiskus selama melakukan kunjungan resmi kenegaraan di Indonesia. Menurut detiknews,29/8/2024, pada tanggal 3 September 2024, Paus Fransiskus tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) diterima resmi oleh KWi dan Panitia Nasional yang diketuai oleh Bapak Ignatius Jonan.

Pada tanggal 4 September, Paus Fransiskus akan melakukan Pertemuan Kenegaraan dengan Presiden Indonesia, Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta.

Pada hari yang sama setelah bertemu Presiden Joko Widodo, Paus Fransiskus dijadwalkan akan melakukan sejumlah pertemuan dengan pejabat pemerintahan, korps Diplomatik, tokoh masyarakat dan sipil di Aula Istana Negara.

Pada tanggal 5 September, Paus Fransiskus akan menghadiri Pertemuan Interreligious bersama para tokoh antaragama di Masjid Istiqlal Jakarta, dan selanjutnya Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta yang akan dihadiri oleh puluhan ribu umat Katolik dari seluruh penjuru Indonesia.

Tema: Faith-Fraternity-Compassion

Menurut Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dibingkai dalam tema: "Faith-Fraternity-Compassion" atau "Iman-Persaudaraan-Bela Rasa". Uskup Bandung itu mengatakan, tema ini bukan sekadar tema dari balik meja, tetapi merupakan sebuah usulan mendalam yang telah disetujui oleh Vatikan.

Adapun ketiga nilai yang diusung dalam tema tersebut didasarkan pada ajaran-ajaran Paus Fransiskus sendiri yaitu:

Pertama, Iman (Faith) yang didasarkan pada surat seruan apostolik Paus Fransiskus "Evangelii Gaudium" yang dikeluarkan pada tahun 2013. EG menekankan pentingnya perjumpaan antara manusia dengan Tuhan yang membawa sukacita yaitu iman. Maka orang beriman mesti selalu bersukacita.

Kedua, Persaudaraan (Fraternity) yang didasarkan pada ensiklik Paus Fransiskus yang diterbitkan pada tahun 2020 berjudul "Fratelli Tutti". Melalui FT, Paus Fransiskus mengajak umat Kristiani untuk menjalin persaudaraan dan persahabatan dengan semua orang, karena sesungguhnya semua orang adalah bersaudara. 

Maka seorang yang memiliki iman yang teguh akan menghasilkan persaudaraan sejati. Dan selanjutnya persaudaraan sejati pada waktunya diungkapkan dalam ungkapan-ungkapan bela rasa.

Ketiga, Bela Rasa (Compassion) yang didasarkan pada ajaran yang diserukan oleh Paus Fransiskus melalui ensiklik yang dikeluarkannya pada tahun 2015 yaitu "Laudato Si". Dalam ensiklik LS, Paus Fransiskus menyerukan bahwa kebijakan-kebijakan, aktivisme dan gerakan-gerakan sosial harus memenuhi jeritan bumi dan jeritan orang miskin.

Sekali lagi menurut Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, ketiga hal inilah yang merupakan seruan Paus Fransiskus untuk mewujudkan bela rasa pada sesama manusia dan pada alam semesta dengan fokus pada bumi rumah kita bersama.

Makna Kunjungan Paus Fransiskus Bagi Umat Katolik Indonesia

Bagi umat Katolik Indonesia, kunjungan Paus Fransiskus pada 3-6 September 2024 merupakan suatu momentum bersejarah yang akan memberi nilai tersendiri bagi hubungan antara umat Katolik Indonesia dengan umat beragama lain. 

Menurut Ignatius Kardinal Suharyo, Paus Fransiskus yang terkenal aktif dalam dialog antaragama dan perdamaian dunia, memandang bahwa meskipun Indonesia merupakan negara yang multietnis, multiagama, dan multibudaya, tokh Indonesia mampu menjadi sebuah negara yang relatif damai.

Dan yang terakhir namun yang terpenting adalah kehadiran Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik sejagat dengan sikapnya yang cinta damai itu akan membawa sebuah gambaran yang positif sekaligus menunjukkan kepada umat beragama lain bahwa seharusnya begitulah hubungan antarumat beragama sebagai sesama manusia. 

"Jangan lagi ada perasaan saling memusuhi antarumat beragama, terutama saling menyerang hanya karena kita berbeda keyakinan!"

Atambua: 30.08.2024

Referensi:

https://news.detik.com/berita/d-7514120/jejak-kunjungan-paus-ke-indonesia-paus-paulus-vi-hingga-paus-fransiskus

https://news.detik.com/dw/d-7499569/paus-fransiskus-berkunjung-ke-indonesia-september-ini-jadwal-lengkapnya

Kompasiana News, "Faith, Fraternity, Compassion" dalam Lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia,30/8/2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun