Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi "Fui Tua" dalam Adat Perkawinan Orang Timor

4 Agustus 2024   21:27 Diperbarui: 4 Agustus 2024   21:37 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tuang Sopi/sumber: Floresa.co

Setiap suku dan daerah memiliki keunikan dan tradisi atau kebiasaannya masing-masing, termasuk dalam adat perkawinan.  Dalam tradisi perkawinan orang Timor, dikenal adanya beberapa tahap. Salah satu diantaranya adalah Tradisi 'Fui Tua' yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai pria.

Dalam tulisan ini, saya ingin memperkenalkan tradisi atau kebiasaan yang sudah ditularkan turun temurun dalam adat perkawinan orang Timor, khususnya dalam masyarakat Belu yang disebut "Fui Tua" atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan "Tuang Sopi".

Mungkin para Kompasianer juga memiliki tradisi yang sama seperti yang akan saya kisahkan di sini, maka semoga dengan tulisan ini dapat saling memperkaya di antara kita. 

Belis dan Tradisi Fui Tua

Acara Fui Tua ini -menurut hemat saya- merupakan salah satu bentuk praktek solidaritas untuk saling menyokong dalam urusan adat perkawinan, terutama berhubungan dengan tradisi pembayaran belis.

Perlu diketahui bahwa belis atau ditempat lain disebut 'mas kawin' telah menjadi bagian yang khas dalam perkawinan karena mempunyai makna yang khas.

Belis bermakna sebagai simbol bahwa perempuan itu tidak begitu saja akan masuk ke dalam suku laki-laki, kalau pihak laki-laki belum menyerahkan sejumlah uang atau barang yang telah disepakati untuk diserahkan sebelum perempuan masuk suku laki-laki.

Menurut para tua adat Belu, belis biasanya berupa emas, uang, dan hewan.  Emas dalam bentuk "Sofren" atau Koin emas yang mahal harganya. Biasanya 1 Sofren ditukar dengan Rp 1 juta atau tergantung dari harga mas di pasaran.

Besarnya belis tergantung dari hasil kesepakatan antara keluarga perempuan dan keluarga laki-laki. Hasil kesepakatan pada awal urusan perkawinan itu harus dibawa atau diarak bersama mempelai laki-laki sebelum upacara pernikahan di gereja (bagi sebagian besar masyarakat Timor).

Para Kompasianer tahu berapa harga belis perempuan Timor sekarang?

Harga belis sekarang berubah-ubah sesuai perkembangan zaman. Semakin tinggi derajat dan pendidikan seorang perempuan, semakin tinggi nilai belisnya.

Sebagai contoh nilai belis seorang perempuan Timor dari keluarga menengah, sesuai informasi terkini: 10 Sofren; Rp 150 juta, dan 10 ekor sapi. Jadi total bila dirupiahkan menjadi:

 10 sofren kali Rp 1 juta sama dengan Rp 10 juta.

10 ekor sapi dengan nilai tukar @ Rp 2,5 juta sama dengan duapuluh lima juta.

Maka keseluruhan belis yang harus dibayarkan oleh keluarga laki-laki adalah Rp 185 juta.  Ini bukan patokan, tapi hanya sebagai contoh. Masih ada yang lebih tinggi lagi dari angka ini!

Nah, karena besarnya belis tersebut, maka kemudian lahirlah tradisi atau kebiasaan solidaritas untuk membantu pihak keluarga laki-laki dalam membayar belis yang disebut dengan "Tradisi Fui Tua."

Jadi Tradisi Fui Tua adalah sebuah acara solidaritas untuk mengumpulkan sejumlah dana yang bertujuan untuk membantu pihak laki-laki menyelesaikan pembayaran belis atau mahar perkawinannya.

Tatacara Fui Tua

Acara Fui Tua biasanya direncanakan dengan matang oleh keluarga laki-laki, dengan urutan langkah-langkah persiapan sebagai berikut:

Pertama, menentukan waktu yang tepat.

Biasanya keluarga mengambil jalan tengah yaitu memilih hari Minggu atau hari Libur, supaya dapat menghadirkan banyak orang. Karena hal ini sudah menjadi tradisi dan bahkan menjadi semacam 'arisan' keluarga. 

Waktu untuk mengundang biasanya ditetapkan empat hari atau dua hari sebelum acara fui tua berlangsung. Tidak boleh tiga hari menjelang acara, karena hal ini dianggap tabu atau bertentangan dengan kebiasaan setempat.

Kedua,  menyebar undangan

Sesuai tradisi biasanya undangan dilakukan secara lisan. Biasanya menghadirkan semua orang yang sudah pernah melakukan tradisi fui tua dan pernah diikuti oleh keluarga penyelenggara fui tua ini. 

Jadi semacam kesempatan untuk membalas kembali keluarga yang anaknya akan membayar belis atau mengurus pernikahannya. Semakin benyak undangan semakin baik karena berhubungan dengan banyaknya uang yang akan terkumpul.

Ketiga, Persediaan Keluarga

Pada saat acara Fui Tua berlangsung, biasanya keluarga menyediakan makanan, minuman, sirih pinang, rokok, dan sopi. Karena acara ini disebut 'tuang sopi' maka, sopi sebagai simbol utama di sini mesti tersedia. 

Memang banyak orang tidak mau menerima sopi yang dihidangkan untuk minum, tetapi karena ini merupakan tradisi, maka keluarga pasti menyediakannya.

Urutan acara Fui Tua

Penerimaan tamu

Para tetamu diterima di depan pintu masuk tenda oleh kedua mempelai atau kedua orang tua mempelai. Lalu salah seorang ketua suku atau yang dituakan membawakan tuturan adat membuka acara fui tua.

Mengisi Tenasak

Selanjutnya tamu dihantar menuju tempat pengumpulan dana. Biasanya ada sebuah tenasak besar (tempat sirih pinang), ada buku dan bolpoin untuk menuliskan nama penyumbang, alamat, dan besarnya sumbangan. Besarnya sumbangan tidak ditentukan, namun biasanya menggunakan nilai rasa masing-masing, atau sesuai besarnya sumbangan yang pernah diberikan.

Tuang Sopi

Setelah undangan menuliskan nama dan mencantumkan besarnya dana yang disumbangkan, diterima oleh seorang gadis penerima dana, lalu dimasukkan ke dalam tenasak.

Sesuai kebiasaan, seorang pemuda bertugas menuang sopi ke dalam sloki, lalu memberikannya kepada tamu untuk diminum. Inilah yang disebut "acara Fui Tua atau tuang sopi'.

Perjamuan

Setelah sopi diminum, tamu dipersilahkan untuk mengambil makan. Pada saat makan dapat dihidangkan lagi sopi kepada para tamu sesuai kemampuan.

Nilai Apa yang dapat Dipetik dari Tradisi ini?

Setidaknya ada tiga nilai positif yang dapat dipetik dari praktek tradisi "Fui Tua" ini, yaitu:

Satu, Bertolong-tolongan kamu dalam menanggung beban.

Dua, Menjaga dan Melestarikan  Tradisi saling mengunjungi.

Tiga, Sebagai satu bentuk kearifan lokal yang perlu dipertahankan.

Demikianlah sebuah pengalaman dan tradisi dalam urusan adat perkawinan orang Timor. Semoga dapat bermanfaat untuk menambah khazanah budaya kita masing-masing.

Salam dari Timor!

Atambua, 04.08.2024

Dari berbagai sumber baik tertulis maupun lisan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun