10 sofren kali Rp 1 juta sama dengan Rp 10 juta.
10 ekor sapi dengan nilai tukar @ Rp 2,5 juta sama dengan duapuluh lima juta.
Maka keseluruhan belis yang harus dibayarkan oleh keluarga laki-laki adalah Rp 185 juta. Â Ini bukan patokan, tapi hanya sebagai contoh. Masih ada yang lebih tinggi lagi dari angka ini!
Nah, karena besarnya belis tersebut, maka kemudian lahirlah tradisi atau kebiasaan solidaritas untuk membantu pihak keluarga laki-laki dalam membayar belis yang disebut dengan "Tradisi Fui Tua."
Jadi Tradisi Fui Tua adalah sebuah acara solidaritas untuk mengumpulkan sejumlah dana yang bertujuan untuk membantu pihak laki-laki menyelesaikan pembayaran belis atau mahar perkawinannya.
Tatacara Fui Tua
Acara Fui Tua biasanya direncanakan dengan matang oleh keluarga laki-laki, dengan urutan langkah-langkah persiapan sebagai berikut:
Pertama, menentukan waktu yang tepat.
Biasanya keluarga mengambil jalan tengah yaitu memilih hari Minggu atau hari Libur, supaya dapat menghadirkan banyak orang. Karena hal ini sudah menjadi tradisi dan bahkan menjadi semacam 'arisan' keluarga.Â
Waktu untuk mengundang biasanya ditetapkan empat hari atau dua hari sebelum acara fui tua berlangsung. Tidak boleh tiga hari menjelang acara, karena hal ini dianggap tabu atau bertentangan dengan kebiasaan setempat.
Kedua, Â menyebar undangan
Sesuai tradisi biasanya undangan dilakukan secara lisan. Biasanya menghadirkan semua orang yang sudah pernah melakukan tradisi fui tua dan pernah diikuti oleh keluarga penyelenggara fui tua ini.Â
Jadi semacam kesempatan untuk membalas kembali keluarga yang anaknya akan membayar belis atau mengurus pernikahannya. Semakin benyak undangan semakin baik karena berhubungan dengan banyaknya uang yang akan terkumpul.
Ketiga, Persediaan Keluarga
Pada saat acara Fui Tua berlangsung, biasanya keluarga menyediakan makanan, minuman, sirih pinang, rokok, dan sopi. Karena acara ini disebut 'tuang sopi' maka, sopi sebagai simbol utama di sini mesti tersedia.Â