Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Batasi Konsumsi Gula dan Garam, Rahasia Menuju Hidup Sehat

31 Juli 2024   08:58 Diperbarui: 31 Juli 2024   09:03 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Batasi Gula dan Garam dalam konsumsi/ Kompas Lifestyle

Sejak kecil kita sudah familiar dengan ungkapan yang berbunyi: "Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. Demikian pula  hidup tanpa kasih sayang ibarat kopi tanpa gula". Memang di sini fungsi garam dan gula hanyalah penambah rasa enak dan pemberi rasa manis. 

Menarik bahwa Kompasiana mengangkat topik pilihan 'Rahasia lepas dari kecanduan konsumsi gula dan garam'. Hal ini tentu cukup beralasan bahwa pada porsinya yang pas, gula dan garam berfungsi sebagai pemanis dan pengenak rasa. Namun bila sudah kelewat banyak, malah dapat menjadi penyebab berbagai penyakit.

Untuk itu Kompasiana mengajak para Kompasianer untuk saling berbagi rahasia dan resep untuk meninggalkan kecanduan pada gula dan garam, tentunya demi kesehatan dan kehidupan yang lebih baik.

Pada kesempatan istimewa ini, izinkan saya untuk ikut berpartisipasi menyumbangkan sebuah gagasan sederhana menuju hidup sehat tanpa gula dan garam. Mungkinkah? Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini. Bagi orang yang berjuang, selalu ada jalan keluar.

Okey. Tanpa berlama-lama lagi, mari kita ikuti rahasia untuk meninggalkan kecanduan pada gula dan garam, demi kesehatan.

Batasi pemakaian gula dan garam

Waktu masih berumur anak-anak, saya termasuk salah satu dari sekian banyak anak yang suka makan gula pasir. Saya sering sekali mengambil gula di dalam lemari atau di dalam toples (tempat gula), menaruh gula di tangan dan memakannya begitu saja.

Demikian pun garam. Kami sering sekali mengambil garam dari dapur atau meja makan, lalu membungkusnya pada daun pisang atau daun kopi, dan memakanya bersama asam atau buah mangga mentah. 

Dapat dibayangkan betapa banyaknya gula dan garam yang sudah mengendap di dalam perut dan menyebar ke seluruh tubuh sejak kami masih kecil.

Namun kami sendiri tidak tahu apakah gula dan garam yang kami makan itu berfungsi baik untuk kesehatan tubuh pada masa itu atau tidak, sekali lagi kami tidak tahu sampai saat ini.

Nah, sekarang, seiring perjalanan waktu dan bertambahnya usia, sudah ada peringatan bahwa mengkonsumsi gula dan garam kebanyakan akan memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi dan berakibat pada penyakit diabetes dan lain-lain.

Maka tidak ada cara lain, selain membatasi pemakaian konsumsi gula dan garam.

Soal pemakaian gula. Sejak hampir sepuluh tahun terakhir, saya berusaha membatasi konsumsi gula untuk pribadi. Kalau minum teh itu sudah biasa tanpa gula lebih enak dan nikmat daripada pakai gula.

Kalau minum kopi, lebih enak cukup setengah senduk teh gula, atau malah tanpa gula akan lebih nikmat. Seruput kopi tanpa gula.  

Akan tetapi yang menjadi soal ketika kita bertamu ke rumah orang. Kadang-kadang tuan rumah menghidangkan kopi yang telah dicampur gula, bahkan dalam jumlah banyak (terasa maniiiis sekali).

Ketika minum teh pada saat bertamu di rumah keluarga, banyak ibu-ibu sukanya yang manis, maka menghasilkan minuman teh dengan rasa manis yang tinggi. Sering kita tidak sampai menghabiskannya, atau malah menolaknya!

Demikian pula soal pemakaian garam.  Garam yang tinggi juga pemicu tekanan darah naik. Maka sudah dianjurkan untuk mengurangi pemakaian garam dalam makanan. Kalau bisa yang pas atau pada saat makan baru ditambahkan sesuai selera.

Rahasia Batasi Gula dan Garam

Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan, kadang sangat sulit untuk dibatasi atau dicegah. Karena sudah terbiasa dengan ungkapan atau peribahasa, "Hidup tanpa cinta bagaikan  sayur tanpa garam, demikian pula hidup tanpa kasih sayang ibarat kopi tanpa gula". Pada hal seharusnya bisa juga sayur tanpa garam dan kopi tanpa gula tetap nikmat.

Maka ada beberapa langkah praktis untuk hidup tanpa gula dan garam, namun tetap terasa nikmat.

Pertama, Katakan kepada semua orang, terutama kepada mereka yang telah berusia 50 tahun ke atas, untuk membatasi konsumsi gula dan garam. Mungkin saja orang bertanya mengapa demikian? Kita harus menjelaskan bahwa pada usia 50 tahun ke atas, sebaiknya mengurangi konsumsi gula dan garam sebab keduanya adalah pemicu tekanan darah. Itu tugas kita.

Kedua, Tindakan konkrit: menjauhkan gula dan garam dari lemari dan meja makan.

Seperti banyak tulisan peringatan: Menjauhkan dari jangkauan anak-anak, demikian juga pada toples atau tempat gula dan garam ditulis: Dijauhkan dari jangkauan bapak/mama usia 50 tahun ke atas! 

Mungkin terasa aneh atau lucu, tetapi bernilai paedagogis demi kesehatan yang lebih baik.

Ketiga, Mengurangi jajan (termasuk makan di luar rumah)

Salah satu cara untuk membatasi konsumsi gula dan garam adalah mengurangi atau bahkan tidak makan/minum jajan di laur rumah. Sebab kalau kita masak sendiri, kita akan tahu persis porsi penggunaan gula dan garam dalam sayur atau minuman.

Keempat, Mengganti gula dan garam dengan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan segar yang mengandung pemanis alami dan herbal seperti pepaya, apel, nenas, anggur, semangka. dan alpukat.

Ya, ini beberapa langkah praktis yang boleh dikatakan sebagai tips untuk melakukan pembatasan terhadap pemakaian gula dan garam, yang tentu saja tidak bisa sekali jadi tetapi membutuhkan perjuangan, kesabaran, dan komitmen untuk pada akhirnya mengatakan "Hidup tanpa gula dan garam juga akan tetap terasa asin dan manis".

Sekali lagi tindakan yang konkrit harus lahir dari niat dan komitmen yang kuat untuk hidup bebas dari gula dan garam yang terlampau tinggi demi kesehatan yang lebih baik. Semoga bermanfaat!

Atambua: 31.07.2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun