"Ini betul-betul sebuah kesaksian yang luar biasa," demikian komentar seorang teman yang duduk di samping penulis, usai mendengarkan kesaksian kelima saudara-saudari Katekis pada acara Temu Akbar IKKAT di Betun, Kabupaten Malaka, baru-baru ini.
Selama ini yang terdengar hanyalah komentar-komentar miring mengenai seorang Katekis. Mereka itu adalah orang-orang yang selalu mengeluh karena kurang mendapat perhatian dari pimpinan gereja; tidak kreatif dan apalagi tidak inovatif, selalu menunggu perintah; tidak ada gaji, dan lain-lain yang bisa ditambahkan untuk menambah panjang 'silsilah serba sulit' seorang Katekis.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dari seribuan orang lebih Katekis yang ada di tiga kabupaten: Belu, Malaka, dan Timor Tengah Utara, boleh dibilang tidak luput dari cap tersebut. Kalau kita mau membuat prosentase antara Katekis yang berhasil alias sukses dengan Katekis yang 'serba sulit' mungkin tidak berbanding lurus.
Tapi menilik dari semangat dan kehadiran para saudara katekis yang berkumpul setiap tahun sejak 2017 dalam hajatan bersama yang bernama Temu Akbar IKKAT, hampir tidak bisa dibedakan antara yang sukses dan yang serba sulit. Sebab soal sukses dan yang serba sulit dalam hidup itu sesuatu yang relatif. Maka bernarlah kata Kitab Suci, janganlah seseorang menganggap dirinya sukses dan menilai orang lain sebagai serba sulit.
Tulisan ini hendak merefleksikan kesaksian dari 5 (lima) saudara katekis di Malaka yang telah memulai praktek sebagai entrepreneur sebagai pembelajaran bagi para katekis lainnya.
Mari kita langsung saja mengikuti ulasan berikut. Mungkin saja selesai membaca artikel sederhana ini, kita akan mendapatkan suatu pemahaman yang benar tentang siapakah katekis itu.
Katekis dan Entrepreneur
Berbagai dokumen gereja memberikan definisi yang sama tentang siapakah katekis itu yakni sebagai pengajar agama profesional di dalam Gereja Katolik. Mereka itu menjalankan tugas pendampingan iman yang mempersiapkan umat untuk menerima sakramen-sakramen gereja, dan memimpin atau memandu katekese atau pertemuan iman bersama. Dan tentu saja yang paling dominan adalah sebagai guru agama.
Sedangkan kata atau istilah 'entrepreneur' merupakan sebuah istilah khusus dalam dunia bisnis yang kiranya jauh berbeda dari kata 'katekis'.
Lantas, apa yang terlintas di dalam benak kita ketika mendengar kata entrepreneur? Mungkin kebanyakan dari pembaca, termasuk penulis juga berpikir terlalu tinggi tentang entrepreneur itu.
Entrepreneur itu adalah seseorang yang menggeluti suatu bidang bisnis dan karena itu mampu menghadirkan berbagai inovasi masa kini.
Memang, bila ditilik dari pengertiannya pada dasarnya tidak salah kalau kita mengartikannya demikian. Namun, apakah pengertian entrepreneur hanya sebatas itu saja?
Mari kita bahas lebih lanjut untuk menemukan benang merahnya sehingga bisa mensejajarkannya dengan kehidupan seorang katekis.
Seperti dirilis investopedia, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki ide kreatif dan inovatif yang mampu mengembangkan suatu bisnis untuk mencapai kesuksesan. Soal kesuksesan, setiap entrepreneur itu memiliki definisinya yang berbeda-beda.
Yang menarik dari seorang entrepreneur menurut investopedia adalah bahwa pada saat mereka telah mencapai titik kesuksesan yang diidamkan, seorang entreprenur tidak akan diam di tempat dan merasa puas. Tetapi sebaliknya, mereka itu akan senantiasa terus berinovasi dan menciptakan perubahan yang positif untuk masyarakat banyak.
Sharing Karya Pemberdayaan Ekonomi
Ada satu hal menarik yang dihadirkan pada pertemuan Ikatan Katekis Keuskupan Atambua VI di Betun, Kabupaten Malaka, pada 5-7 Juli 2024 yaitu Sharing Karya Pemberdayaan Ekonomi. Saya berani mengatakannya sebagai 'hal menarik' karena biasanya yang disharingkan adalah suka duka menjadi katekis yang sering membuat orang sedih, menangis, dan membangkitkan pemberontakan bathin.
Namun pada sharing karya yang disampaikan lima (5) orang Katekis ini, barulah disadari dan membuka mata banyak orang bahwa ternyata dalam prakteknya ada banyak katekis yang telah menjadi seorang entrepreneur yang luar biasa.
Ibu Ester Anggelina Hoar Fahik, S.Ag (Guru Agama Katolik  SMKN Kletek, Kabupaten Malaka), seorang Peternak Babi yang sukses sejak tahun 2020. Ibu Ester adalah seorang perempuan dan Katekis yang hebat. Ia tidak gentar sedikit pun untuk memulai bisnis babi yang sangat menjanjikan ini.
Untuk itu ia melakukan semuanya sendiri: menanam pisang, ubi kayu, dan kangkung untuk menambah pasokan pakan. Ia juga melakukan vaksin terhadap babi-babinya secara teratur, mengebiri dan bahkan mengawinkannya untuk mendapatkan bibit yang sehat.
Menurut catatannya sampai dengan Juli 2024, peternakannya sudah menghasilkan puluhan ekor babi. Ia telah menjual anak babi sebanyak 97 ekor dengan rata-rata per-ekor Rp 1,500.000 (Rp 145.500.000); Â 10 ekor jantan dewasa dengan rata-rata harga di atas Rp 6 juta (Rp 60.000.000); Selain itu ada juga babi betina yang sudah tidak produktif lagi dijual sebanyak 5 ekor dengan harga di atas Rp 6 juta (Rp 30.000.000).
Total hasil penjualan babi selama lebih kurang 3 tahun adalah sebanyak Rp 235.500.000 (Dua Ratus Tigapuluh Lima Juta Limaratus Ribu Rupiah). Maka total penghasilan dari penjualan babi setahun rata-rata 75 juta rupiah. Hasil penjualan babi ini dipakai untuk membiayai dua orang anaknya yang sedang kuliah yakni yang sulung kuliah kedokteran pada UNIKA Soegiyapranoto Semarang, dan yang kedua mengambil kuliah Disigner di Jogjakarta.
Bapak Yosef Rusae, S. Fil (Pengawas Agama Katolik pada Kantor Kemenag Kabupaten TTU), seorang Penulis Buku; Pemilik 26 kamar kos-kosan di BTN Unimor Kefamenanu. Bapak Yosef juga memiliki usaha budidaya pisang untuk konsumsi. Ia telah menanam sebanyak 6000 pohon pisang. Setiap kali panen dengan ribuan tandan pisang yang dijual ke kota Propinsi.
Bapak Richardus Siki, S.Ag (Kepala SMPK Sabar Subur Betun), memiliki usaha pengembangan Perikanan Kolam Air Payau dengan luas areal 1,5 hektare, dengan total ikan yang dihasilkan setiap kali panen sebanyak 5000 ekor.
Bapak Kornelis Fanu, S.Ag (Kepala SDN Suspini, Paroki Maubesi), seorang guru agama dengan multi talenta, membuka bengkel Mobil, sebagai Tukang Las, dan terlebih lagi mengembangkan bidang IT dan pembuatan film dengan Fano Enterteiment.
Dan Bapak Yulius Moruk, S.Ag (Guru Agama SDI Motaain, Kabupaten Belu), aktif melalui berbagai usaha pengembangan sumber daya pertanian khususnya Budidaya Anggur Lokal dan Import.
Pelajaran yang Diperoleh
Ini baru beberapa orang. Masih ada banyak orang lain lagi yang memiliki kesaksian dan keteladanan dalam usaha pemberdayaan ekonomi yang luar biasa. Karena itu Uskup Keuskupan Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku mengapresiasi usaha-usaha produktif para katekis yang entrepreneur ini. Sambil mendorong mereka dan orang lain lagi untuk membangun kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat agar usaha-usaha produktif itu mendapatkan pengakuan, dan terutama penghasilan ekonomi yang memadai demi kemajuan dan kehidupan keluarganya.
Beliau juga mendorong para katekis lainnya untuk mengembangkan usaha-usaha produktif lain yang belum digeluti orang lain, agar katekis bisa hidup mandiri, dan tidak berharap untuk menjadi Pegawai Negeri saja.
Dengan demikian diharapkan melalui Temu Akbar IKKAT setiap dua tahun sekali pada tahun 2026 akan menambah jajaran katekis entrepreneur sehingga dapat membantu membiayai pertemuan ini tanpa membebani pihak lain. Pelajaran berharga yang dapat dipetik dari pertemuan bermartabat ini adalah semakin banyak katekis yang berhasil mengelola hidupnya menjadi katekis yang mandiri dan sejahtera.
Atambua: 09.07.2024
Sumber:
Diolah dari Sharing 5 (lima) orang Katekis di Malaka, Sabtu, 06/07/2024
https://www.bfi.co.id/id/blog/entrepreneur-adalah-pengertian-karakteristik-dan-jenis-jenisnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H