Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Antara Tapera, Gaji Karyawan, dan Rumah Idaman

28 Mei 2024   19:52 Diperbarui: 28 Mei 2024   19:52 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah ada soal di sini?

Selalu saja ada soal. Selain kekurangan dana pada gaji karyawan, juga Tapera bisa saja disalahgunakan oleh anggota atau peserta.

Sebab soalnya ada di sini. Dana yang sudah dikumpulkan melalui Iuran Tapera, pada akhir masa iuran, dananya dikembalikan atau dikeluarkan, kemudian baru anggota menggunakan dana itu untuk menyicil atau membayar uang muka pembelian rumah.

Nah, pada saat dana diambil itulah bisa saja tujuan kepemilikan rumah jadi korban. Maksudnya karena ada banyak kebutuhan, dana yang semula untuk membeli rumah, justru dipakai untuk kebutuhan lain. Maka kepemilikan rumah hanya tinggal impian. 

Maka bisa saja ada pro dan kontra terhadap kebijakan pemerintah ini. Kalau ada pro dan kontra, lalu bagaimana jadinya kebijakan pemerintah ini?

Menurut saya:

Satu, Sudah hampir pasti kebijakan pemerintah untuk membantu masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk memiliki rumah sendiri pupuslah sudah.  Sebab kenyataannya, bantuan yang diberikan, ternyata hanya berupa janji tanpa kenyataan.

Kedua, Kalau yang namanya potong gaji sebagai iuran, ujung-ujungnya akan terjadi penyalahgunaan. Bisa jadi penyalahgunaan oleh pengampu program, dalam hal ini Badan Usaha Milik Negara yang menangani program Tapera ini.  Ya, ujung-ujungnya adalah korupsi. Tapi mudah-mudahan tidak terjadi.

Ketiga, Dari pihak pemberi kerja yang dalam kebijakan pemerintah itu mereka berkewajiban menambah iuran sebesar 0,5 persen. Kalau demikian, bisa saja ada keberatan dari para pengusaha atau pemberi kerja swasta dengan penghasilan yang menengah. Kalau pihak pemberi kerja tidak mengikutsertakan karyawannya maka yang rugi nanti adalah pekeraj atau karyawannya.

Empat, Tidak akan ada banyak karyawan bersedia mengikuti program tersebut kalau seluruh iuran ditanggung secara pribadi. Sebab gajinya yang mungkin sedikit itu masih harus dipakai untuk berbagai tanggungan. 

Lima, Meskipun karya yang bersangkutan sudah mengikuti Program Tapera, tapi kalau dana yang sudah tersedia itu harus dikeluarkan dulu dari bank baru dipakai untuk membeli rumah atau membayar cicilan rumah, saya jamin tidak banyak yang berhasil. Sebab uang yang sudah ada di tangan pasti akan disalahgunakan.

Lantas Bagaimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun