Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sampai Kapan Kita Berhenti Memungut Sampah yang Dibuang Orang?

17 Mei 2024   13:16 Diperbarui: 17 Mei 2024   13:47 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak kecil memungut sampah/sumber: iStock

Tapi lagi-lagi pas di tempat  di mana ada tulisan atau peringatan justeru di situ ada sampah.

Bagaimana seharusnya masyarakat bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat setempat bersikap terhadap sampah sampai saat ini?

Dalam tulisan ini, saya ingin membagikan beberapa cara dan kearifan untuk menyikapi sampah di tempat kita masing-masing. Ya memang masih menjadi perjuangan dan cita-cita bersama bahwa pada suatu saat setiap orang sudah punya kesadaran dari dalam dirinya untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Kalau kesadaran ini sudah terbangun dan ada di setiap orang, maka tidak ada lagi sampah berserakan. Hanya ada sampah di tempat sampah. Dengan ini akan lebih mudah untuk ditangani, dan diolah dengan baik.

Teruslah melakukan kampanye tentang sampah

Memperjuangkan sesuatu yang baik tidak selalu mendapatkan tanggapan yang positif dari semua orang.  Selalu saja ada orang yang entah sengaja atau tidak sengaja seolah-olah tidak mendengarkan apa yang kita kampanyekan.

Tetapi namanya juga banyak kepala banyak pikiran, kita tidak boleh berhenti berbicara tentang perlunya mengatur sampah agar hanya ada di tempat sampah. Sampah tidak boleh ditemukan lagi dijalanan, di depan rumah, atau pun tempat-tempat umum.

Kampanye itu harus dilakukan oleh siapa? Pertama-tama tentu pemerintah yang bertanggungjawab untuk keselamatan seluruh bangsa. Setiap pengammbil keputusan dalam masyarakat harus terus berbicara tentang cara menangani sampah. Sebab kalau mulai berhenti berbicara tentang sampah, kita akan mati di atas sampah!

Ada contoh yang bagus untuk diikuti. Setiap kali pada akhir perayaan ekaristi, imam mengatakan, "jangan lupa memungut sampah yang ada di bawah bangku sebelum meninggalkan gereja!"

Kalau hal ini diulang terus menerus, saya yakin semua umat yang mengikuti ekaristi akan menjadi orang-orang yang sadar sampah.

Bicara saja tidak cukup, tetapi harus Menjadi contoh

Kalau suara kita tidak didengarkan lagi maka masih ada satu yang paling penting yaitu tindakan nyata. Karena kata-kata mengajar, tetapi kesaksian lebih menarik.

Daripada seorang guru berbusa-busa bicara kepada peserta didik untuk memungut sampah, tetapi mereka tidak cepat bergerak, lebih baik guru mulai turun dan memungut sampah. Maka anak-anak dengan sendirinya akan tunduk dan mulai memungut sampah.

Bukan hanya Satu Kali, tetapi Setiap Kali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun