Pernyataan ini merupakan pertanyaan yang dilontarkan oleh puteraku yang bungsu ketika ia masih sebagai siswa PAUD Santo Nino yang saya rumuskan secara baru.
Pada intinya bocah itu mau mengatakan mengapa selalu saja ada sampah yang berserakan? Siapa yang mesti bertanggung jawab terhadap sampah-sampah yang berhamburan di jalan, di depan rumah, di halaman sekolah, dan di halaman tempat ibadah?
Masih menjadi pemandangan yang lumrah di setiap sudut tempat bila orang berkumpul. Sesudah itu so pasti sampah ditinggalkan, bukan dalam keadaan terurus melainkan berserakan. Ini memang pertanda bahwa kita belum sadar akan sampah.
Bayangkan lagi ada orang dari atas mobil mewah membuang sampah sementara mobil sedang melaju. Biasanya yang dibuang dari mobil itu, botol minuman air mineral, ada juga botol minuman dalam kemasan, ada botol minuman kaleng, bungkus manisan, tisu, dan lain-lain.
Bahkan seringkali sampai-sampai orang yang ada di jalanan tertimpa botol yang dilemparkan dari dalam mobil. Sungguh miris ya....
Itulah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan buruk.
Itulah yang menjadi pertanyaan si bocah kecil itu "Bapak, sampai kapan kita berhenti memungut sampah yang dibuang orang?"
"Sampai kapankah masyarakat kita akan sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan?"
Pada hal di mana-mana sudah tersedia tempat sampah.
Ada lagi tulisan yang tertempel di mana-mana, "Buanglah sampah pada tempatnya!"; "Ini bukan tempat sampah!"; "Terimakasih, tidak membuang sampah sembarangan!", dan lain-lain.