Dan menurut kepercayaan orang Bikomi, pada saat para pasukan berkuda yang ditunggangi oleh para meo itu melewati suatu wilayah tertentu, hujan pun akan turun seakan-akan mengikuti jejak tapak pasukan meo tersebut.
Anehnya, bahwa sesuai cerita-cerita yang berkembang hingga saat ini, para tetua adat menuturkan bahwa faktanya memang demikian. Pengalaman tahun 2024 yang baru terjadi sepekan yang lalu, juga terjadi persis seperti pada tahun 2017.Â
"Ketika pasukan berkuda sudah tiba di sebuah lokasi bernama Matbes, pada sore hanya hujan deras tuurun mengguyur di sekitar Naen, dan seterusnya", tulis seseorang pada akun facebooknya.
Keempat, larangan-larangan yang harus ditaati
Menurut cerita masyarakat Bikomi di sekitar Sonaf (=istana kerajaan Bikomi) di Maslete, Kefamenanu Selatan, pada saat pasukan berkuda mulai berangkat, semua orang yang ada di sekitar sonaf harus mengambil sikap penuh hormat dengan posisi duduk atau jongkok dan menunduk.Â
Orang dilarang berdiri pada saat pasukan non pah keluar. Tidak boleh memandang ke kuda-kuda itu, terutama kuda yang membawa pedang bermata tujuh itu, tetapi sebaliknya harus tunduk.
Demikian pun pada masyarakat dihimbau untuk berhati-hati melewati tempat-tempat persinggahan dari pasukan non pah itu supaya tidak berpapasan dengannya di jalan.Â
Hal ini tentu menyebabkan ketakutan pada masyarakat Bikomi setiap saat mendengar bahwa ritual non pah akan dilakukan, para orang tua akan menakut-nakuti anak-anak, seakan-akan kalau berpapasan dengan rombongan pasukan berkuda itu akan menyebabkan 'orang mati' atau 'gila'! Dan hal tersebut menyebabkan trauma tersendiri dalam masyarakat Bikomi.
Kelima, Makna yang dapat dipetik dari praktek  ritual non pah ini.
Sebagai sebuah ritual budaya, tentu saja praktek ini baik untuk dilaksanakan dan dipraktekkan seterusnya. Pertanyaannya adalah adakah sesuatu makna positif yang dapat dipetik dari praktek ritual non pah ini?
Menurut penulis, ada beberapa makna positif dapat kita petik, terutama di zaman globalisasi ini:
satu: Ritual non pah sebagai sesuatu ritual budaya yang baik, sejauh tidak bertentangan dengan norma-norma budaya dan kemasyarakatan, tentu harus terus dipertahankan sebagai praktek baik dalam masyarakat. Dengan terus melaksanakannya sebagai sebuah ritual budaya, artinya kita terus melestarikannya.
Dua: Sebagai suatu praktek baik dari kebudayaan, ritual non pah bermakna controlling. Artinya setiap tujuh tahun sekali, pasukan berkuda dari Sonaf Maslete (Raja Bikomi) mengunjungi rakyatnya sebagai tanda mengayomi seluruh masyarakat adatnya. Untuk itu tentu baik kalau terus dipertahankan.