Bus pun mulai keluar dari terminal, namun bukan langsung berangkat. Ia masih berputar-putar di sekitar wilayah terminal sampai-sampai para penumpang 'ngamok' karena sudah beberapa kali putar pada lokasi yang sama.
Maka jangan heran, sering terjadi konflik antara penumpang dengan sopir bus karena alasan ini.
Perlakuan yang kurang baik juga sering dilakukan baik oleh kondektur atau pun para calo terhadap penumpang, khususnya para penumpang perempuan dan anak-anak.Â
Karena itulah konflik sering tak terelakkan di antara penumpang dengan pemilik armada bus.
5. Â Â Kurangnya kontrol dari pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan
 Salah satu penyebab lain yang sering terjadi karena kurangnya kontrol dari pemerintah daerah dalam hal ini dari Dinas Perhubungan atau dahulu dikenal "LLAJR" yaitu Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya sehingga terjadi perebutan wilayah (line) kerja. Kalau sudah ada mobil yang bergerak ke suatu wilayah, ia tidak mau ada lagi mobil lain yang beroperasi lagi ke sana. Maka itu diharapkan fungsi kontrol pemerintah. Karena kurang kontrol inilah yang juga menjadi pemicu terjadinya konflik di transportasi umum ini.Â
Mudah-mudahan dengan tulisan ini, pemerintah makin tanggap melaksanakan fungsin kontrolnya dengan baik sehingga mengurangi atau meminimalisir terjadinya konflik pada transportasi umum.
Demikianlah 5 (lima) penyebab terjadinya perselisihan di transportasi umum.
Semoga bermanfaat.
Salam transportasi
Atambua, 31.10.2023