Ada sekurang-kurangnya 5 (lima) hasil refleksi yang mereka ungkapkan dalam kesempatan perayaan syukur 25 tahun perkawinan itu, yakni:
1)  Keluarga zaman now sering kali dipisahkan oleh tempat, tugas, jabatan yang bukan saja menjauhkan mereka satu sama lain, tetapi memisahkan mereka.
Terhadap soal ini, pasangan ini bersyukur karena selama 25 tahun mereka meskipun dalam tugas mereka masing-masing yang berbeda-beda, namun mereka tidak pernah saling menjauhi.Â
Mereka selalu bersama-sama. Tidak seperti banyak pasutri lain yang terpaksa harus pisah berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun karena tempat tugas atau kerja yang berjauhan dan berlainan.Â
Sehingga tidak jarang banyak keluarga mengalami problem karena dua tempat tidur, dua periuk, dua dapur dan hakan dua rumah sehingga menyebabkan persoalan ekonomi, relasi, dan pendidikan anak.Â
Maka tidak jarang kemudian terjadilah perselingkuhan yang lama-lama memicu perceraian. Berhadapan dengan persoalan pelik ini hanya ada dan dibutuhkan hati, kesabaran dan kesetiaan yang tulus.
2) Â Keluarga selalu bersama, namun tidak menyadari kebersamaan itu sebagai berkat.
Dalam sharing keluarga, mereka mengatakan bahwa dalam perjalanan keluarganya selama 25 tahun mereka merasa seperti dua murid dalam perjalanan ke Emaus.Â
Bagaimana hal itu terjadi? Menurut mereka, banyak kali mereka bertemu dengan Tuhan bahkan berjalan bersama-sama, namun seakan-akan ada sesuatu yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak Tuhan. Bahkan mereka terpaksa harus meminta Tuhan untuk singgah di rumah mereka. Ada begitu banyak kemudahan dan kemurahan Tuhan yang mereka alami, namun seakan-akan mereka menutup mata terhadap semuanya itu.
3) Â Seperti yang dikatakan John Powell SJ bahwa Keluarga merupakan ladang yang subur, tempat cinta tanpa syarat itu berkembang. Di sanalah semua cita-cita dan cinta dapat direalisasikan bersama-sama.
Keluarga dengan usia perkawinan 25 tahun menjadikan saat syukur itu sebagai kesempatan untuk menyadari kasih dan kebakan Tuhan melalui sesama. Karena itu mereka dengan rendah hati menyadari kerahiman Tuhan yang suangguh besar mereka alami. Maka menurut mereka, "Tanpa itu semua mungkin sudah lama keluarga kami bubar". Perayaan 25 tahun ini hanya terjadi karena berkat campur tangan Tuhan dan bantuan sesama.