Sebuah Pengalaman Indah: syukur 25 tahun perkawinan
Sebulan yang lalu sepasang suami istri merayakan ulang tahun perkawinan mereka yang ke-25. Biasanya perayaan ulang tahun ke-25 itu dikenal dengan sebutan Pesta Perak.Â
Pasutri ini memilih tema perayaan perak mereka, "Kasih Tak Berkesudahan" yang mereka ambil dari Kitab Suci Katolik khususnya Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus bab 13 ayat 8.
Sebagai cindera mata mereka menuliskan pengalaman perjalanan kehidupan keluarga mereka dalam sebuah buku sederhana yang mereka beri judul "Tertawa dan Menangis Bersama Pasutri".
Perjalanan cinta selama duapuluh lima tahun tidaklah mudah. Sebab yang melakoni ziarah itu adalah manusia di mana setiap orang mempunyai keinginan dan jalannya masing-masing, yang kadang sulit untuk disatukan.
Karena itu ketika dua insan manusia berani menjalani ziarah hidup keluarga bersama dan mampu menapaki 25 tahun, itu bukanlah sebuah kebetulan, tetapi merupakan sebuah pengalaman indah yang patut disyukuri.
Dengan mengutip kata-kata Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik sedunia itu dalam Surat Apostoliknya Amoris Laetitia yang artinya Sukacita Kasih, Paus mengatakan, "adanya kenyataan sosial yang kompleks dan perubahan-perubahan yang dihadapi keluarga-keluarga saat ini menuntut usaha lebih keras dari seluruh komunitas kristiani dalam mempersiapkan mereka yang akan segera menikah" (Amoris Laetitia no. 206).
Bahwa persiapan menuju perkawinan itu merupakan sesuatu yang sangat penting terutama bagi mereka yang telah meresmikan pertunangan karena memberi mereka kemungkinan untuk saling mengenal lebih mendalam dan mengenali ketidakcocokan dan resiko yang mungkin terjadi.
Butir-butir Refleksi
Setelah mengarungi hidup perkawinan selama 25 tahun, biasanya pasangan suami istri menjadi lebih dewasa, bukan pertama-tama karena mereka makin berumur, tetapi karena jauhnya perjalanan dan lamanya kehidupan bersama menjadikan mereka makin bersatu lebih erat lagi.