Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Razia Cukur Rambut Masihkah Bernilai Mendidik?

8 September 2023   21:48 Diperbarui: 8 September 2023   22:04 1956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk itu dalam tulisan ini, penulis hendak mengemukakan beberapa pertimbangan atas praktek razia rambut yang terjadi belakangan ini sebagai berikut:

1.  Razia harus didahului dengan pengumuman dan peringatan

     Sanksi atau hukuman yang akan diberikan kepada seseorang hendaknya didahului dengan peringatan terlebih dahulu. Dan apabila peringatan itu tidak ditanggapi dengan serius atau tidak diperhatikan, maka hukuman bisa diberikan. 

Seperti yang tadi penulis kemukakan, pada zamannya penulis masih SD, saat itu masih sering terjadi razia rambut karena memang pada zaman itu sarana untuk menyisir dan menggunting rambut masih agak sulit didapat. 

Datang ke sekolah dengan rambut tidak disisir, tidak diberi minyak rambut, dan tidak dicuci dengan shampo, maka razia memang wajar untuk dilakukan pada zaman itu. 

Di sekolah kami, setiap dua atau tiga bulan, ada pengumuman dan peringatan untuk menggunting/memotong rambut dengan ketentuan: rambut tidak boleh menutup daun telinga; tidak boleh terlalu panjang, harus disisir rapih. 

Guru mengumumkan kapan akan dilakukan razia. Dengan demikian, siswa sudah memotong rambut dan disisir rapih pada hari itu, sehingga bila ada yang kena razia berarti  itu merupakan siswa yang keras kepala atau suka melawan. Maka pantas mendapatkan razia.

2.  Razia rambut siswa harus bernilai mendidik

Guru hanya mengunting sedikit atau sebagian saja, selanjutnya akan diteruskan di rumah. Dalam hal ini razia juga harus bersifat mendidik, artinya guru harus menggunting dengan baik supaya dapat diteruskan oleh tukang gunting yang lain di rumah. Guru tidak boleh melakukan razia rambut dengan alasan jengkel, cemburu atau iri hati dengan siswa/siswi. Kalau hal itu dilakukan dengan karena iri hati, maka razia sudah pasti tidak mendidik.

Yang biasa menyebabkan orang tua protes dengan keras adalah guru mengunting secara sembarangan sehingga merusak potongan rambut siswa. Akibatnya orang tua tidak menrima perlakuan guru tersebut.

3.  Kini keadaan sudah maju, maka cara razia pun mesti berbeda atau lebih maju.

Cara razia rambut yang biasa menjadi momok bagi para siswa terutama laki-laki adalah rambutnya dipotong secara asal-asalan. Tetapi keadaan kini sudah lain. Di mana-mana ada barber atau tukang cukur profesional. 

Apa salahnya bila razia rambut dilakukan melalui kerja sama dengan para penata rambut profesional atau tukang barber, seperti yang dilakukan oleh beberapa SMA di Jakarta pada 24-25/1/2023 dengan kegiatan bertajuk: #RaziaGanteng.

Melalui kegiatan razia seperti ini, para siswa dan orang tua atau wali akan menerimanya sebagai hal yang mendidik karena memberikan manfaat bagi mereka. Dengan demikian, siswa yang tadinya berambut panjang dan acak-acakan menjadi rapi, karena ditangani oleh tukang cukur profesional, bukan oleh guru yang asal-asalan cukur.

4. Mempertimbangkan perasaan dan harga diri siswa-siswi yang dirazia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun