Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Pastor Hans  Jeharut, Imam Projo Keuskupan Pangkal Pinang itu membawakan materi bertajuk: "Kerasulan Awam Sinodal: Tanggap dan Terlibat".
Menurut Imam Projo Keuskupan Pangkal Pinang itu, Jalan baru pastoral kerawam adalah melakukan cara baru menghadirkan Gereja di Indonesia dalam situasi sosial politik saat ini sehingga Gereja bisa lebih berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik.Â
Jalan baru atau cara baru itu terpotret dari seluruh keuskupan secara nasional ditemukan mengerucut pada persoalan Sumberdaya Manusia Gereja untuk mencetak Kader Awam. Kerasulan awam hendaknya fokus menyiapkan sumberdaya (manusia dan dana), konsisten melakukan kaderisasi awam, menyelenggarakan pendidikan politik dan menganimasi umat.Â
Hal ini diarahkan pula pada upaya Gereja membangun kesadaran dan keterlibatan sosial politik umat secara konkret. Selain itu, dalam kerja ini perlu membangun sinergitas, koordinasi, dan kolaborasi, secara internal keuskupan sampai ke tingkat paroki maupun juga eksternal antar keuskupan.Â
Kerja kerawam juga diharapkan selalu dihidupi oleh semangat keKatolikan, semangat pastoral transformatif, dan menumbuhkan kesadaran ekologi.
Pembicara kedua dari KWI, Ari Nurcahyo adalah Direktur Eksekutif PARA Syndicate. Mas Ari mengemukakan bahwa Pemilu 2024 merupakan Pemilu serentak dan paling kompleks.
Mengapa dikatakan paling kompleks?
Menurut Ari Nurcahyo, kompleksnya pemilu 2024 terletak pada adanya 6 (enam) tantangan sosial dan politik menuju Pemilu 2024 yaitu:
Pertama, adanya tantangan kebangsaan; Konstitusi dan Ideologi: Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika.
Kedua, adanya polarisasi politik seperti politik identitas, politik sara dan pembelahan masyarakat;Â