Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Butir-Butir Refleksi Sang Imam dan Misionaris

13 Juli 2022   12:13 Diperbarui: 13 Juli 2022   12:18 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, dalam melaksanakan karya pastoral, hendaknya kita melihat prioritas, melihat apa yang menjadi lebih dahulu dan yang menjadi kemudian. Selama berkarya sebagai Pastor Paroki, termasuk di Paroki Halilulik, kemudian di Paroki Tukuneno, saya lebih mengutamakan pendalaman iman umat. Sebab saya yakin, ketika orang benar-benar sudah beriman, artinya orang itu hidup dari imannya, maka dia sudah membangun rumahnya yaitu kehidupannya di atas dasar yang kuat....

Kelima, ketika saya mencap umat sebagai orang Katolik yang masih kafir, saya bicara tanpa beban. Namun dengan mencap mereka seperti itu, saya sudah menyamakan mereka dengan orang Kafir, yaitu orang yang menyembah berhala, sebenarnya saya sudah menghina mereka sebagai orang yang tidak beragama... Maka saya pun tidak saja bertobat, tetapi juga minta maaf kepada umat yang telah saya cap sebagai orang Katolik yang masih kafir itu....

Keenam, masa depan Gereja dan Negara berada di tangan kaum muda. Maka dalam melaksanakan karya pastoral, jangan lupa memperhatikan kaum muda. Selain mereka menjadi kader masa depan, mereka juga adalah orang-orang yang potensial. Mereka mengerjakan karya-karya pastoral yang besar, percayakan saja kepada mereka kaum muda. Mereka pasti melaksanakannya. Mereka membutuhkan  kepercayaan dari pihak kita....

Ketujuh,  pengalaman pastoral saya di Paroki Halilulik selama hampir lima tahun sangat berguna bagi saya ketika menjadi pastor paroki St. Petrus Tukuneno.Pengalaman ini menjadi modal dasar untuk dipakai dan dikembangkan. 

Kedelapan, ini yang terakhir tapi bukan yang terkecil bahkan yang terutama, dalam melaksanakan karya pastoral, kita tidak pernah boleh lupa untuk berdoa. Dengan berdoa, kita mengandalkan Tuhan dalam hidup dan karya....

Itulah kenang-kenangan terindah yang menjadi butir-butir refleksi seorang imam dan misionaris yang kini telah pergi untuk selama-lamanya. Selamat Jalan Imam Tuhan menuju surga abadi. Jasa-jasamu akan selalu dikenang oleh umat yang pernah engkau layani. Jadilah pendoa bagi mereka semua yang masih berziarah di atas bumi yang fana ini.***

Atambua, 13.07.22

P. Alex Magu SVD, Imam dan Misionaris (alm.) sumber: dok.pribadi
P. Alex Magu SVD, Imam dan Misionaris (alm.) sumber: dok.pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun