Mohon tunggu...
Yose Bataona
Yose Bataona Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis bermukim di Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Book

Ketika Sukma yang Malang Pulang ke Kampung Halaman

27 Desember 2022   10:37 Diperbarui: 27 Desember 2022   10:48 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Penerbit BasaBasi)

Ia ingin pulang ke rumahnya, pulang ke orangtuanya, Aba dan Mama. Ia rindu menghirup aroma khas jambu mete di kampung halaman, mendengar kokok ayam kala pagi buta, dan menyusuri jalanan kampung bersama kekasih hatinya Peha.  

Tekanan fisik dan psikis yang mendera selama bekerja membuatnya lemah hingga jatuh sakit. Saat itu kala majikannya sedang berada di luar, di tengah hujan gerimis dengan demam yang semakin parah, Bango pun nekat kabur. Naasnya dalam pelarian itu ia berjumpa sekelompok pria mabuk yang jahat, ia berjumpa dengan maut yang begitu kejam.

Pulang yang Penuh Palang
Aku yakin ini, bahwa setiap orang mati di tanah asing ingin dikembalikan, dikuburkan di tanah asalnya. Aku teringat dengan perkataan ibu: Setiap orang yang pergi jauh akan terpanggil pulang, ke tempat dimana kantong ari-arinya dikuburkan (hlm. 154).

Saya membayangkan betapa malang peristiwa kepulangan jasad Bango ke kampung halamannya. Suatu perjalanan pulang yang penuh palang dan halangan. Ia yang ditemukan tergeletak tak bernyawa tanpa sehelai kain. Ia yang diidentifikasi oleh petugas dengan cara yang tidak etis. Ia yang hampir salah dihantar pulang akibat kartu identitas ganda ulah para calo. Ia yang ditangisi keluarganya ketika tiba di kampung halaman.  

Saya pun bertanya, kalau tokoh fiktif saja bernasib demikian, bagaimana dengan orang-orang di dunia nyata, orang-orang NTT yang meninggal di tanah rantau? Apakah juga terkendala dan terhalang banyak hal saat dipulangkan kembali?

Sampai pada titik ini, novel Jemmy Piran seolah menghapus sekat antara dunia fiksi dan fakta. Bukankah setiap adegan dalam novel ini begitu dekat dan kerap terjadi? Bisa saja ini peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi tetapi luput diketahui banyak orang, sehingga sastra menjadi panggung untuk mengisahkannya kembali?

Bango menjadi representasi para korban ulah sindikat penjualan manusia yang telah berpulang secara keji dan berharap bisa dikuburkan dalam rahim tanah Ibu Pertiwi. Sebab seperti kata Bango setiap orang yang mati di tanah asing ingin dikembalikan dan dikuburkan di tanah asalnya, kampung halamannya.

Novel Dalam Pelukan Rahim Tanah sebagai salah satu karya sastra yang kontekstual, sekiranya dapat menggerakkan penulis lain untuk turut menciptakan karya dengan tema human trafficking. Para penulis lokal dipanggil untuk menarasikan kisah para penyintas demi memutuskan rantai perdagangan manusia di bumi NTT.

Akhirnya, di penghujung catatan kecil ini, novel Jemmy Piran masih khusus menonjolkan problem dan faktor yang melatari kasus penjualan manusia. Menurut penulis masih terbatas eksplorasi tema tentang bertahan hidup di kampung sendiri, sehingga membuat karya sastra perihal survive di tengah banyaknya tantangan tanpa harus merantau menjadi tugas kita selanjutnya. 

Kita membutuhkan pula karya sastra lainnya yang menampilkan kisah-kisah optimisme untuk tetap bekerja dan bergiat di kampung halaman. Karya yang membawa spirit baru bahwa kampung halaman dengan setiap warga serta alamnya memiliki potensi untuk berdaya dan berdikari. Sudah sudah saatnya kita menghadirkan hujan emas di tanah sendiri.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun