Mengapa ke India? Bukankah negara itu kumuh? Bau? Banyak pengemis? Berantakan? Penipuan? Apa menariknya negara itu hingga harus dikunjungi?
Ya, memang tak bisa dipungkiri bahwa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah “YA”. Semuanya ada di India. Segala ke-minoran tersebut memang erat hubungannya dengan negeri kedua terpadat di dunia ini.
Menjawab pertanyaan terakhir, “Apa menariknya negara itu hingga harus di kunjungi?”. Sangat umum jawabannya, rata-rata penggendong ransel yang pertama kali traveling ke India akan memberi jawaban klise seperti tertarik akan budaya-nya atau juga ingin mencoba keluar dari zona nyaman traveling-nya.
Contoh umumnya seperti menonton upacara kremasi di Sungai Gangga, belajar musik tradisional, kursus yoga, merasakan sensasi berdesak-desakan di dalam bus yang sangat padat, beradu cepat saat berada di antrian tiket atau berpindah kota menggunakan kereta sleeper. Benar, India adalah tempatnya apabila kita ingin menjalankan kedua tabiat tersebut. Walau memang benar adanya bahwa kedua hal tersebut adalah menarik dan sangat menantang, namun tak semua traveler tertarik dengan budaya, dan tak semua juga rela mengorbankan waktu traveling-nya hanya untuk sekedar keluar dari zona nyaman. Lalu mengapa India harus tetap dikunjungi?
Mari kita berhenti sejenak memikirkan hal-hal minor tersebut, bukan India namanya kalau tak bisa membuat kita terkejut dan jatuh hati. Layaknya koin, India pun memiliki dua buah sisi yang saling berbeda. Pada kenyataannya India tidak hanya bisa mengajak para traveler untuk berkutat dalam dua ekstrim itu saja, India juga menyuguhkan banyak hal menarik lainnya yang akan membuat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan pembuka di atas berubah dari “ya” menjadi “tidak”.
Sebagai bocoran, Kolkata sangat terkenal dengan kemiskinan dan kekumuhannya bukan? Namun apa yang saya dapatkan ketika traveling disana sangatlah jauh dari pernyataan itu, mungkin dulu begitu tapi beda dengan sekarang. Pendapat pribadi saya menyatakan bahwa Kolkata relatif nyaman untuk dijelajahi oleh para traveler, tata kotanya terhitung rapi dan juga bersih, jujur masuk ke kota ini bagaikan masuk ke lorong waktu yang membawa saya ke dalam atmosfir film-film eropa di era hitam-putih, pemandangan gedung-gedung tua peninggalan kolonial Britania Raya yang berpadu dengan taksi-taksi kuning yang seharusnya sudah menjadi barang koleksi membuat roman kota ini berasa sangat klasik.
Dan 5 kota inilah yang akan mengubah sudut pandang kita atas India dan mungkin malah berbalik mendambakannya.
1. Darjeeling
Pecinta teh pasti tak asing ketika mendengar kata Darjeeling. Ya, teh Darjeeling merupakan salah satu yang terbaik di dunia, mulai dari warna, aroma dan after taste dari teh ini sangat khas dan dicintai penikmat teh. Namun demikian masih banyak yang tidak tahu bahwa Darjeeling adalah nama dari sebuah daerah yang berada di state West Bengal, India. Lokasinya sendiri terletak di kaki pegunungan Himalaya.
Walau demikian, datang ke Darjeeling bukan berarti menikmati teh saja, di sini kita bisa menjelajah keindahan perkebunan teh yang berada di lereng pegunungan Himalaya ataupun menelusuri rural-rural berarsitektur Inggris klasik bercampur Monggolia. Panas? Tentu saja tidak, dari letak saja sudah jelas bahwa Darjeeling berada di lereng Himalaya maka suhu disini sangat sejuk bahkan pada musim dingin Darjeeling akan berwarna putih karena diselimuti oleh salju.
Malas berjalan kaki? Tenang kita masih bisa menikmati Darjeeling dengan cara yang sangat tidak menguras tenaga. Kita hanya perlu duduk manis saja di dalam kereta api mungil (toy train) yang melayani rute pulang pergi Darjeeling – Kurseong. Kereta api? Ya betul kereta api, karena lokomotif yang digunakan untuk menarik gerbong-gerbong mungil yang akan membawa kita menikmati jalur ini masih menggunakan tenaga uap, walaupun ada juga lokomotif yang sudah menggunakan tenaga diesel. Dan kereta bernama Darjeeling Himalayan Railway (DHR) ini merupakan salah situs heritage yang dilindungi oleh UNESCO di India.
2. Agra
Seakan menjadi paket, di kota ini juga kita bisa berkunjung ke Agra fort yang berdasarkan kadeiloskopnya merupakan pusat dari pemerintahan kerajaan Mughal sekaligus istana dari Shah Jahan, raja yang membangun Taj Mahal untuk mendiang istrinya, Mumtaz.
Selain bisa menelusuri fakta sejarah dan menikmati kemegahan arsitektur dan relief-relief yang terukir cantik di batu-batu merah yang menghiasi Agra Fort, di dalam benteng ini juga kita bisa merasakan atmosfir cinta mendalam Shah Jahan kepada Mumtaz. Di Benteng ini kita bisa mengunjungi sebuah kamar pengasingan yang digunakan sang raja pada saat psikologisnya terganggu sepeninggal Mumtaz. Kamar ini didesain berdasarkan permintaan raja, agar dia bisa melihat istrinya. Akhirnya dibuatlah kamar pengasingan ini dengan posisi pemandangan menghadap langsung ke Taj Mahal. Konon sang raja menghabiskan sisa hidupnya disana dengan hanya memandangi Taj Mahal saja.
Belum sah rasanya apabila kita mengunjungi India tanpa melongok situs-situs bersejarah ini.
3. Shimla
Shimla juga diklaim sebagai kawasan dengan udara yang minim polusi. Ya, kota ini bebas dari kendaraan bermotor, jadi bagi kita yang ingin menyusuri sudut-sudut Shimla harus dengan cara berjalan kaki. Persiapkan dengkul kalian karena kontur alami dari kota ini adalah perbukitan yang kaya akan tanjakan.
Selain kecantikan dan keasrian yang di tawarkan Shimla, ada hal yang menarik untuk ditelisik di kota ini. Paradigma India yang memiliki masyarakat yang jauh dari kata disiplin terutama di sektor kebersihan bisa dipatahkan di kota ini. Siapa yang dapat menyangka di negeri yang terkenal dengan kekumuhannya ini ada sebuah kota yang asri ini dinyatakan dari bebas asap rokok, alias tidak ada yang boleh merokok di area publik Shimla. Selain rokok, pemerintah Shimla juga menerapkan aturan larangan meludah sembarangan yang mana ludah merupakan salah satu problem kebersihan di India. Ini disebabkan karena mayoritas lelaki berumur di India memiliki kebiasaan mengunyah daun khat, layaknya kapur sirih di Indonesia yang kemudian meludahkanya dengan sembarangan ke dinding-dinding terdekat yang mereka jumpai. Namun ini tidak berlaku di Shimla, papan-papan peringatan mengenai larangan merokok dan meludah dapat dipastikan ada di setiap sudut-sudut kota ini, dan bagi siapa yang melanggarnya, ganjarannya adalah denda.
Namun ada satu hal yang perlu dicatat dari kota ini, bahwasanya Shimla relatif kurang ramah bagi kantong para backpacker. Letak geografis yang berdekatan dengan dua kota besar utama India yakni New Delhi dan Rishikesh menjadikanya sebagai tempat wisata favorit kaum borjuis muda dari kedua kota moderen tersebut, layaknya Puncak yang berdekatan dengan Jakarta. Maka tak aneh apabila kota ini memiliki daya jual yang cukup tinggi. Namun demkian bukan backpacker namanya kalau tidak bisa mengakali masalah perekonomian di saat traveling, selalu ada cara yang ekonomis untuk menikmati kota ini.
4. Manali
Namun bukan hanya Himalaya saja yang menjadi daya tarik kota ini. Manali merupakan central dari state Himachal Pradesh, menjadi salah satu titik temu dari daerah-daerah yang berada di India Utara. Bisa dibilang bahwa Manali adalah irisan perpaduan dari budaya-budaya yang berada di India utara. Seperti budaya India secara umum yang kental dengan Hindusme, Spitian yang kental dengan Budhisme dari Tibet juga budaya Kashmir yang mengadaptasi kebudayaan dari ajaran Islam bisa kita temukan di sini.
Tata kota dari Manali sendiri relatif rapih dan juga bersih, apabila harus dianalogikan, Manali urang lebih mirip dengan jalan Braga yang berada di Kota Bandung.
Selain itu Manali juga memiliki daya magis untuk membangkitkan gairah backpacker kita kembali “segar” ketika. Kawasan ini mirip dengan Kaoshan Road di Thailand, Pham Ngu Lao di Ho Chi Minh City, Vietnam ataupun Thamel di Kathmandu, Nepal. Berjalan sedikit dari main square Manali, tepatnya di kawasan Old Manali kita bisa merasakan atmosfir pembangkit gairah backpacker tersebut dari dominasi para traveler penjuru dunia yang membawa kisah-kisah perjalanan yang sangat menarik di dalam dirinya.
5. Srinagar, Kashmir
Banyak hal yang dapat kita lakukan di Kashmir mulai dari wisata kuliner, menikmati keindahan budaya yang dianut orang-orang Kashmir yang banyak diadaptasi dari kebudayaan Persia, atau merasakan hidup diatas rumah perahu di Dal Lake, Srinagar. Dan jangan lupa untuk mencicipi apel Kashmir yang sangat manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H