Mohon tunggu...
yos agus
yos agus Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penikmat kopi dingin , tukang nulis di buyut martorejo.link, my-hubsch.com, dan 5 blog lainnya.

"Cemberut, Belajar, dan akhirnya Bersyukur..."

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Mengenal Strategi "Gerilya" ala Aswatama

7 Mei 2018   13:49 Diperbarui: 7 Mei 2018   14:13 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: katalogwayang.blogspot.co.id

Seperti kita ketahui bahwa srategi perang gerilya pernah di pakai oleh Jendral Besar Sudirman dalam mengusir penjajahan Belanda.

Dengan strategi perang ini, banyak tentara belanda yang menjadi korban dan akhirnya sejarah mencatat saat terjadi peristiwa palagan Ambarawa,strategi ini berhasil menjadi serangan pembuka yang kemudian di susul dengan perang terbuka yang membuat pasukan penjajah menyingkir dalam keadaan terdesak di bumi pertiwi.

Itu sekelumit sejarah yang membuat kita bangga bahwa walaupun dengan senjata terbatas, dengan semangat perjuangan dan strategi yang tepat maka keberhasilan dapat di raih oleh pejuang-pejuang kemerdekaan kita.

Dalam Perang Kemerdekaan kita mengenal strategi perang gerilya yang berhasil di terapkan, dalam dunia pewayangan kita juga mengenal strategi yang mirip "gerilya" dan berhasil juga di terapkan oleh anak resi Kumbayana yaitu Aswatama.

Bagaimana dan efek apa yang di timbulkan dari geriya ini, berikut ceritanya.

Perang baratayudha dimana pihak kurawa sudah mengalami kekalahan di hari ke-18, Duryudana mulai panik dan akhirnya maju ke medan perang.

Sebelum Duryudana berangkat berperang, dia sempat memberi pesan kepada Aswatama kalau dirinya gugur maka Aswatama yang akan melanjutkan sebagai senopati agung dan harus mengamankan istrinya Banowati ke-suatu tempat agar keluarga terakhir-nya aman.

Benar saja, setelah Duryudana gugur, Aswatama otomatis menyandang gelar senopati dan wajib untuk melanjutkan perang sesuai dengan pesan Duryudana.

Namun fakta di Kurusetra berbicara lain karena dengan kematian Duryudana,otomatis perang di nyatakan selesai dan Pandawa di nyatakan sebagai pemenang dalam perang tersebut.

Dengan hati masih berduka atas kematian ayahnya, Aswatama berhenti di pinggir medan kurusetra untuk siap berperang namun perang sudah dinyatakan berakhir.

Aswatama bingung..

Siapa yang mau di ajak berperang? Di medan Kurusetra tidak nampak lagi para pandawa karena di situ hanya terlihat para prajurit yang sedang kelelahan dan sebagian lagi membantu rekannya yang terluka.

Dengan hati masih diliputi dendam atas kematian ayahnya, Aswatama kembali ke Astina untuk menjemput Banowati sesuai dengan pesan Duryudana.

Ditengah perjalanan menuju keputren, Aswatama bertemu dengan Kartamarma yang punya tujuan yang sama tetapi beda tujuan karena Kartamarma hendak membunuh Banowati yang di curigai sudah membocorkan strategi perang Kurawa sehingga Pandawa meraih kemenangan.

Dua sekutu kurawa ini sempat berkelahi karena beda kepentingan atas Banowati namun sebelum mereka saling bunuh, datang resi Krepa yang memberitahu bahwa Banowati yang mereka perdebatkan sudah tidak ada di keputren karena pada malam sebelum perang berakhir, dia sudah di jemput "si pelompat pagar" Arjuna yang mengamankannya terlebih dahulu.

Mendengar penjelasan resi tersebut, akhirnya mereka berhenti berkelahi dan setelah Aswatama memberitahu pesan terakhir Duryudana bahwa dirinya merupakan senopati terakhir kaum kurawa, Aswatama mengajak Kartamarma dan Resi Krepa untuk melanjutkan perang lagi.

Resi Krepa sempat menolak mengingat perang sudah berakhir ditambah pula kekuatan mereka yang hanya ber-3, mana mungkin bisa dikatakan sebagai perang.

Namun Aswatama tidak habis akal, sebagai anak dari resi Kumbayana yang merupakan ahli strategi perang( Durna pernah berguru kepada Ramaparasu ), Aswatama berhasil membujuk dua orang tersebut untuk kembali melakukan serangan dengan menggunakan strategi gerilya.

Setelah menceritakan strategi perang yang akan di gunakan, dua orang tersebut setuju dan dengan diam-diam mereka akan melancarkan serangan pada malam hari dimana pandawa sedang lengah karena istirahat.

Benar saja..

Malam itu perkemahan prajurit pandawa di sekitar medan Kuru terlihat lengang tanpa penjagaan karena perang sudah berakhir. Dengan dendam yang masih membara, Aswatama bersama dua rekannya menghampiri perkemahan tanpa kesulitan.

Di hampiri-nya kemah Astrajumna dan tanpa ba-bi-bu lagi dicekik leher pembunuh ayahnya hingga tewas.

Belum puas dengan kematian Astrajumna, Aswatama segera berpindah ke tenda-tenda lain dan dengan membabi buta di habisi-nya setiap kemah yang di masuki bersama 2 rekannya.

Strategi perang gerilya yang memanfaatkan kelengahan lawan nampaknya sukses di terapkan oleh Aswatama cs.

Dengan hanya 3 orang mereka berhasil menjalakan strategi tersebut dan berakhir setelah malam akan berakhir.

Ke-esok harinya Pandawa geger karena efek dari gerilya-nya Aswatama yang memakan banyak korban.

Tercatat Srikandi,Utari, Banowati, Pancawala ( dalam teks asli mahabara berarti lima anak pandawa dari Drupadi ),Astrajumna dan sepertiga dari prajurit Pandawa berhasil di bunuh oleh siasat gerilya tersebut. Kalau di hitung, ini merupakan korban yang banyak dan seperti menghabisi keluarga pandawa secara keseluruhan.

Dengan rasa sedih,marah dan penyesalan atas kelengahan mereka, Pandawa meratapi kematian anak,istri dan keluarga lain yang tewas di tangan Aswatama lewat strategi gerilya tersebut.

Atas saran Kresna kepada Pandawa maka Aswatama harus di kejar mengingat siasat perang tersebut sangat berbahaya jika tidak di akhiri.

Ending dari nasib Aswatama mungkin sudah tidak begitu penting untuk diketahui namun pesan yang ada di cerita tersebut mengatakan bahwa siasat perang gerilya merupakan salah satu siasat perang yang "pilih tanding" jika di bandingkan dengan siasat perang lainnya.

Dengan memanfaatkan ke-lengah-an lawan, strategi gerilya merupakan siasat paling ampuh untuk di terapkan karena tidak bergantung dari banyaknya pasukan dan persenjataan yang banyak namun efeknya jauh lebih hebat dari yang di capai.

Demikian strategi gerilya yang di terapkan Aswatama di dunia pewayangan. Semoga menghibur cerita-nya dan Nuwun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun