Dalam tulisan ini saya telah memilih empat narasumber untuk mendapatkan data terkait tanggapan audiens atas isu defisit afeksi pada tokoh Juno yang mengalami penyimpangan seksual dalam film "Kucumbu Tubuh Indahku".Â
Narasumber pertama adalah SF berumur 20 tahun asal Yogyakarta yang merupakan salah satu mahasiswa jurusan Antropologi semester 4 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Alasan saya memilih narasumber ini dikarenakan latar belakang narasumber pertama sebagai mahasiswa jurusan Antropologi. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai seluk beluk budaya yang dihasilkan oleh manusia. Dengan demikian, saya berharap latar belakang narasumber pertama ini  dapat cukup kompeten dalam memberikan jawaban seputar pesan film karena dalam film "Kucumbu Tubuh Indahku" sangat kental unsur budayanya,  sehingga menurut saya SF cocok untuk dijadikan sebagai narasumber.
Narasumber kedua adalah LC, 20 tahun berasal dari Bekasi yang merupakan mahasiswa jurusan Psikologi semester 2 dari Universitas Esa Unggul. Menurut saya, LC cocok menjadi narasumber karena di dalam film ini banyak membahas hal terkait psikologi yang dialami tokoh Juno di dalam film  "Kucumbu Tubuh Indahku", sehingga  LC sangat tepat untuk menjawab pertanyaan seputar isu psikologi (dalam hal ini kondisi defisit afeksi) yang ada di dalam film ini. Â
Narasumber ketiga  adalah seorang aktor berusia 22 tahun yang memiliki inisial SR dan berasal dari Yogyakarta. Alasan saya memilih SR sebagai narasumber karena SR merupakan seorang aktor film dan short movie yang juga pernah berperan menjadi tokoh LGBT juga. Dalam hal ini menurut saya, SR berkompeten untuk membahas masalah LGBT dalam film "Kucumbu Tubuh Indahku". Dari situ saya berpendapat bahwa narasumber ini dapat menjelaskan LGBT dalam perspektif pribadi berdasarkan pengalamannya dalam mengamati pelaku LGBT di Yogyakarta.
Narasumber keempat berinisial AG merupakan mahasiswi asal Salatiga yang berumur 22 tahun. AG merupakan mahasiswi semester 6 jurusan Psikologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Alasan saya memilih narasumber ini karena dalam film "Kucumbu Tubuh Indahku" banyak membahas masalah psikologi tokoh.Â
Keempat narasumber setuju bahwa seseorang yang mengalami defisit afeksi akan menimbulkan trauma bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Premis tersebut berangkat dari asumsi bahwa manusia menentukan kehidupannya menurut makna yang ia berikan pada pengalaman masa lalu.Â
Tentunya, tidak ada pengalaman yang sendirinya menyebabkan keberhasilan dan kegagalan. Seseorang tidak akan menderita syok akibat dari pengalaman tersebut melainkan sebaliknya, maka kami mempertanyakan kebenarannya, "Apakah trauma merupakan keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani?".Â
Jika adanya kausalitas yang merujuk pada determinasi terhadap seseorang. Artinya, sebab akan mengontrol akibat, maka masa lalu menentukan masa kini dan masa depan sudah diputuskan oleh masa lalu dan tidak dapat berubah. Cerita dalam film ini mengarahkan pada terjadinya defisit afeksi yang menimbulkan trauma bagi kehidupan di masa mendatang.Â
Dalam hal ini saya menemukan bahwa persepsi narasumber 1 mengenai defisit afeksi dapat menimbulkan trauma bagi kehidupan seseorang di masa yang akan datang adalah menjawab benar adanya karena kurangnya kasih sayang atau defisit afeksi yang dialami tokoh utama (Juno) ini merupakan masalah turunan dari kesiapan orang tuanya untuk memiliki anak dan hal itu dibuktikan dengan pendapat SF:
"Menurut film saya setuju, tapi menurut saya bukan kurang kasih sayang saja. Kasih sayang tuh masalah turunannya, masalah pokoknya dari orangtua yang tidak siap menjadi orangtua, makanya dampaknya ke kasih sayang."
Lalu pada narasumber 2 berpendapat juga bahwa trauma yang dialami oleh tokoh utama itu disebabkan karena tidak adanya kasih sayang orang tua untuk tokoh utama dan itu ditunjukan melalui scene-scene pertama dimana ditunjukan jika ayah Juno di dalam rumah tidak terlalu memperhatikan Juno dan justru membiarkan Juno melakukan segala sesuatunya sendiri. Dalam hal ini juga menjelaskan bagaimana contoh dari scene yang membuat tokoh utama mempunyai suatu trauma yang ada dikatakan dalam kutipan wawancara :