Saya akhirnya berpikir semua aturan yang diterbitkan atas nama perbaikan sistem pendidikan, mulai dari penataan PPDB, lembaga, sampai pada pebaikan kualitas materi ajar, metode ajar dan guru, cenderung tidak memberi hasil maksimal. Kalaupun ada kemajuan relatif kecil.
Berbagai kebijakan dan upaya perbaikan pendidikan dari waktu ke waktu terkesan kurang memberi hasil. Tidak sungguh-sungguh mengarah pada perbaikan pendidikan. Fokus perhatian sepertinya terbatas pada terlaksananya proyek, program, dan kegiatan. Bagaimana hasil setelahnya hampir tidak dianggap serius.
Itulah sebabnya tak perlu heran bila melihat banyak guru yang sudah malang melintang ikut pelatihan, seminar, nyaris tak berubah ketika melaksanakan tugas mengajar. Saran para motivator yang mengatakan, "Kemajuan dalam bidang apa pun, tidak ditentukan seberapa banyak yang engkau tahu melainkan seberapa serius engkau menerapkan apa yang engkau tahu."
Andaikata apa yang diketahui, peraturan yang ada misalnya, mau dijalankan secara benar, maka perbaikan berbagai aspek dalam dunia pendidikan, termasuk sistem PPDB, tak perlu terus-menerus diganti berdasarkan analisis di belakang meja. Harus didasarkan pada hasil penelitian yang benar-benar dilakukan untuk aspek pokok yang dihadapi.
Adanya sekolah yang selalu dipersepsi favorit, lebih baik dari sekolah lain, sudah pasti bisa diatasi dengan memerbaiki sekolah-sekolah tertinggal. Entah aspek gurunya yang memerlukan peningkatan kualitas, entah fasilitas, maupun manajemen sekolahnya.
Pada hemat saya, berbagai cara untuk memacu guru dan sekolah meningkatkan diri bukan barang baru bagi para ahli pendidikan. Prinsip punishment dan reward perlu konsisten diterapkan bagi guru, pimpinan sekolah, maupun para pejabat di Dinas Pendidikan berdasarkan ketercapaian target kualitas kinerja.
Kalau perlu, penilaian kinerja tidak terbatas pada penilaian atasan kepada bawahan. Model penilaian sistem 360 derajat, atasan ke bawahan dan sebaliknya, maupun penilaian selevel, perlu dilengkapi dengan penilaian lembaga berkualifikasi yang independent.
Saya kira dengan cara seperti ini, upaya memajukan pendidikan nasional pada jalur sekolah bisa diwujudkan. Kualitas sekolah bisa lebih merata. Lambat laun para orang tua maupun calon siswa baru percaya pada semua sekolah negeri, sehingga tidak lagi berjejal-jejal memilih hanya satu dua sekolah setiap musim penerimaan siswa baru. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H