Suara jangkrik atau suara lengkingan seperti itu sebenarnya sudah tidak asing bagi saya dan istri.
Sewaktu masih tinggal di rumah mertua di sebuah kampung yang juga masih berlokasi di sekitaran Airport, saya kerap mendengar suara lengkingan seperti itu.
"Mi, itu seperti suara di kampung ya?" tanya saya kepada istri.
"Iya, suara Pocut," jawab istri saya.
Pocut di sini maksud istri saya adalah Pocut Siti, sosok kuntilanak legendaris dari Kabupaten Aceh Besar sisi Lembah Seulawah.
Pernah saat masih tinggal di rumah mertua, ketika itu baru menikah tahun 2006. Saat saya pulang tengah malam dari warung kopi, baru akan masuk ke dalam rumah sambil menuntun sepeda motor, tiba-tiba mertua saya berteriak dari jendela kamar belakang "Weh kah! Weh kah! (pergi kau! pergi kau! Â Bahasa Aceh-red)"
Sontak saya terkejut, ternyata mertua saya mengusir makhluk halus yang mengikuti saya.
Saya bertanya "Pakeun yah? (Kenapa ayah?)."
Mertua saya menjawab "Na dijak Pocut (ada diikuti Pocut)."
Kemudian saya bertanya ke istri "Soe nyan Pocut? (Siapa itu Pocut?)"
"Nyan Burong (Itu kuntilanak)," sahut istri saya.