Dalam beberapa kasus, pernah, sih, ada yang dibantu, bahkan sampai mau ujiannya besok. Eh, tiba-tiba langsung menghilang. Kan anjirrr juga kalau saya yang semangat sementara pemiliknya keasyikan 'bekerja'.Â
Ini yang kemudian membuat saya enggan untuk membantu orang-orang jenis ini. Sebab, saya tidak bertanggung jawab atas masa depan yang mereka buat. Apalagi bertanggung jawab pada tugas akhir mereka.Â
Maka, ketika memutuskan pulang kampung tahun lalu, saya tidak membalas satupun pesan dari orang-orang yang meminta bantuan.Â
Saya hanya membacanya, lalu abaikan begitu saja. Untungnya saya menggunakan WhatsApp mod, jadinya hanya bisa centang dua tanpa tanda biru, persis seperti hatinya pada hatimu
Oh iya, ngomongin WhatsApp mod, beberapa teman mengingatkan akan kebocoran data, sementara data-data yang terlihat seperti KTP.
Mereka biarkan begitu saja untuk difotocopy untuk menggalang dukungan pada para politisi atau, kartu keluarga dibiarkan untuk difotocopy berkali-kali hanya untuk mendapatkan satu jerigen lima liter minyak tanah.Â
Kembali ke topik awal. Ngomongin joki menjoki ini, hal paling menarik adalah ketika mendapatkan penghasilan dari jasa yang ditawarkan.Â
Benar? Kita tidak berpikir atau bahkan mau tahu bahwa orang macam ini, yang mencari jasa memang tidak pantas untuk lulus, kenapa dibantu? Lalu di kemudian hari, kita mengumpat karena SDM kita begini-begini saja.Â
Tingkat literasi kita paling rendah. Bahkan konten cari sensasi mudah viral sedangkan anak berprestasi tidak. Padahal, kitalah yang turut memfasilitasi ini semua. Salah satunya adalah menawarkan joki-joki ini.Â
Hanya karena ada penghasilannya dari jasa ini, kita lantas mempertaruhkan masa depan seseorang. Ah, tidak. Bukan mempertaruhkan. Mencurangi. Lebih tepatnya mencurangi.Â
Sebab, bila seharusnya ia belum siap untuk mengerjakan tugas, baik tugas kuliah ataupun tugas akhir seperti skripsi, ya, biarkan saja. Tunggu sampai ia siap, sehingga nanti ketika ia lulus, ia adalah lulusan yang siap.Â