Mohon tunggu...
Yonathan Lu Walukati
Yonathan Lu Walukati Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemalas yang kadang suka menulis

Panggil saja Jo.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Miskin Akademik Kok Dibantu dengan Joki?

26 Januari 2023   08:34 Diperbarui: 28 Januari 2023   17:45 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyelesaikan tugas. (DOK. PEXELS via kompas.com)

Senang rasanya membaca postingan teman-teman saya di Facebook yang bisa memanfaatkan kemampuannya dengan baik: Membuka usaha joki tugas, skripsi dan lain sebagainya. 

Meski pada satu-dua orang dalam friend list saya, ada yang saya tahu persis ketika ia berkuliah dulu membutuhkan bantuan teman lainnya, tapi akhirnya ia tetap percaya diri membuka jasa serupa. 

Perubahan itu nyata, kawan-kawan. Karena tidak ada yang mustahil bagi orang percaya 

Entah ini iri atau apalah itu, membaca postingan mereka-mereka yang menawarkan jasanya dalam friend list saya, membuat diri ini malah berandai-andai. 

Andai saya bisa berbuat hal serupa. Andai saya menjadikannya jasa ketika ada teman yang minta dibantu dan lain sebagainya. 

Waktu kuliah, ada satu hal yang paling saya ingat. Sesuatu yang saya bawa dari masa sekolahan. Entahlah. Saya menyebutnya sebagai suatu peringatan, sekaligus tantangan. 

"Saya ini sebenarnya pintar. Waktu ada teman yang minta kerjakan tugas, saya kerjakan. Tapi ada bayarannya," kata guru saya dulu. "Makanya sekarang saya kayak tidak punya teman."

Saya mengingat kata-kata itu hingga akhirnya membawanya ikut ketika saya berkuliah. Saya merasa perlu memperingatkan diri saya sendiri sekaligus menjadikannya tantangan bahwa saya bisa membantu teman ataupun adik tingkat saya tanpa mengharapkan imbalan. Hasilnya? Tidak tahu entah jadi apa. 

Namun, kalau diingat-ingat dan diandaikan itu dijadikan ladang cuan, ah, sepertinya sudah bisa digunakan untuk beli iPhone 14 pro wkwkwk. 

Sayang sekali saya terlalu dendam dengan kata-kata guru saya yang tidak memiliki teman hanya karena membantu teman mengerjakan tugas dengan bayaran, hingga akhirnya saya mengerjakan tanpa bayaran. 

Dalam beberapa kasus, pernah, sih, ada yang dibantu, bahkan sampai mau ujiannya besok. Eh, tiba-tiba langsung menghilang. Kan anjirrr juga kalau saya yang semangat sementara pemiliknya keasyikan 'bekerja'. 

Ini yang kemudian membuat saya enggan untuk membantu orang-orang jenis ini. Sebab, saya tidak bertanggung jawab atas masa depan yang mereka buat. Apalagi bertanggung jawab pada tugas akhir mereka. 

Maka, ketika memutuskan pulang kampung tahun lalu, saya tidak membalas satupun pesan dari orang-orang yang meminta bantuan. 

Saya hanya membacanya, lalu abaikan begitu saja. Untungnya saya menggunakan WhatsApp mod, jadinya hanya bisa centang dua tanpa tanda biru, persis seperti hatinya pada hatimu

Oh iya, ngomongin WhatsApp mod, beberapa teman mengingatkan akan kebocoran data, sementara data-data yang terlihat seperti KTP.

Mereka biarkan begitu saja untuk difotocopy untuk menggalang dukungan pada para politisi atau, kartu keluarga dibiarkan untuk difotocopy berkali-kali hanya untuk mendapatkan satu jerigen lima liter minyak tanah. 

Kembali ke topik awal. Ngomongin joki menjoki ini, hal paling menarik adalah ketika mendapatkan penghasilan dari jasa yang ditawarkan. 

Benar? Kita tidak berpikir atau bahkan mau tahu bahwa orang macam ini, yang mencari jasa memang tidak pantas untuk lulus, kenapa dibantu? Lalu di kemudian hari, kita mengumpat karena SDM kita begini-begini saja. 

Tingkat literasi kita paling rendah. Bahkan konten cari sensasi mudah viral sedangkan anak berprestasi tidak. Padahal, kitalah yang turut memfasilitasi ini semua. Salah satunya adalah menawarkan joki-joki ini. 

Hanya karena ada penghasilannya dari jasa ini, kita lantas mempertaruhkan masa depan seseorang. Ah, tidak. Bukan mempertaruhkan. Mencurangi. Lebih tepatnya mencurangi. 

Sebab, bila seharusnya ia belum siap untuk mengerjakan tugas, baik tugas kuliah ataupun tugas akhir seperti skripsi, ya, biarkan saja. Tunggu sampai ia siap, sehingga nanti ketika ia lulus, ia adalah lulusan yang siap. 

Orang yang tidak belajar, kok, dibantu supaya lulus? Kan seharusnya bantu supaya dia paham, bukan malah mengerjakan tugas-tugas yang seharusnya menjadi miliknya. Lol. 

Ibaratnya, kamu mau menjadi orang yang berkualitas. Nah, untuk menuju ke sana, ada tugas-tugas yang harus kamu lewati dengan baik sehingga kualitasmu bisa dibuktikan. Karena kamu memang dasarnya tidak mau belajar, tidak mampu mengerjakan tugas, kamu memang seharusnya belajar ulang dari awal. 

Tapi, ada jalan pintas yang dibuka oleh orang-orang pintar, orang-orang yang punya kemampuan untuk memuluskan jalan bagimu. Caranya? 

Mereka mereka yang mengerjakan tugasmu, lalu kamu seenaknya dapat nilai yang memuaskan. Akhirnya kamu jadi salah satu di antara orang-orang yang bersusah payah belajar, yang menjadi orang berkualitas. Padahal, nol kaboak. 

Orang-orang seperti ini yang diharapkan nantinya untuk mengubah pola pikir kita? Lol. Saya kira ini ada keterkaitannya juga dengan tontonan penuh sensasi, tontonan kebodohan dan lain sebagainya yang sejenis mudah viral, mudah disukai banyak orang. 

Ya, karena orang-orang yang seharusnya tidak mampu melewati ujiannya dibantu dengan jasa joki-jokian itu. Hadeh!

Ah, sebenarnya saya mau saja nulis ini lebih panjang lagi, tapi takutnya menghambat rejeki orang dapat rejeki, kok, dari hasil bantu orang tidak mampu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun