Ketegangan di tubuh PDIP, setidaknya yang dibaca publik, sontak lenyap setelah dua momen pertemuan Jokowi dengan Megawati.
Perbincangan sekitar 20 menit di istana, sebelum pelantikan kepengurusan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di mana Megawati duduk sebagai Ketua Dewan Pengarah, mencairkan isu ketegangan.
Seperti hendak meledek publik, saat meresmikan Masjid At Taufik di Lenteng Agung, 8 Juni 2022, Jokowi mengatakan hubungannya dengan Megawati seperti ibu dan anak sehingga wajar kadang ada perbedaan.
Kalimat Jokowi bisa ditafsirkan jika sebelumnya memang ada perbedaan. Hal ini mementahkan penyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto ketika ditanya terkait isu keretakan hubungan Jokowi dan Megawati.
Hanya berjarak 5 hari, dalam program Aiman di Kompas TV, 13 Juni 2022, Ganjar menyebut dirinya sering "dijewer" Megawati, termasuk soal rob di pantura yang terjadi beberapa waktu lalu.
Seperti halnya Jokowi, Ganjar pun menyebut "ibu menjewer anaknya biasa". Ganjar juga mengangap kritik keras dari rekan-rekan separtainya sebagai vitamin.
Di program yang sama, Ganjar memberikan pujian setinggi langit kepada Megawati. Disebutkan, Megawati memiliki banyak pengalaman dan refleksi politiknya luar biasa.
Bahkan seolah "menasehati dirinya sendiri" Ganjar mengatakan (dikutip utuh dari Kompas.com, 16 Juni 2022), "Jadi di di PDI Perjuangan kalau ada survei-survei jangan GR. Kalo ada statment-statment di publik jangan GR. Karena apa pun keputusannya itu semua diserahkan kepada ketua umum. Selesai".
Ganjar juga menegaskan dirinya masih di kandang, ketika ditanya wartawan perihal munculnya dukungan dari 29 DPW Partai Nasdem.
Apakah "perubahan" sikap Ganjar buah dari "islah" Jokowi-Megawati? Masih perlu waktu untuk sampai pada kesimpulan demikian.
Kita dapat melihatnya dari dua sisi. Pertama, muncul kekhawatiran Ganjar akan ditinggal oleh Jokowi. Jika dalam beberapa hari mendatang tetiba riuh suara-suara dukungan kepada Puan dari relawan "sayap lain" Jokowi, asumsi ini menemukan kebenarannya.