Sedang sketsa kedua disebar tanggal 24 November 2017. Menurut Idham Azis yang saat itu menjabat Kapolda Metro Jaya (kini Kapolri), sketsa dibikin setelah pihaknya memeriksa 66 saksi.
Artinya, polisi pernah begitu kesulitan mengungkap pelaku penyerangan, apalagi motifnya. Jika akhirnya motifnya hanya rasa "nggak suka", tentu akan menjadi tamparan banyak pihak, termasuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus Novel yang dibentuk Tito Karnavian (kini menteri dalam negeri).
Dari laporan terkait dugaan pelakunya, secara pokok TGPF menyimpulkan ada keterkaitan dengan perkara high profile yang ditangani Novel akibat penggunaan kekuasaan secara berlebihan.Â
Jika kata "pengkhianat" digabung dengan hasil TGPF maka benang merahnya adalah Novel dianggap berkhianat oleh RB karena menangani kasus high profile dengan penggunaan kekuasaan secara berlebihan.
Persoalannya, dari 6 kasus high profile yang disebut TGPF yakni korupsi e-KTP, suap kepada Akil Mochtar, korupsi mantan Sekjen MA Nurhadi, korupsi mantan Bupati Buol Amran Batalipu dan korupsi Wisma Atlet, tidak ada yang bersinggungan secara langsung dengan oknum perwira atau mantan perwira polisi, apalagi institusi kepolisian.
Tanpa mengurangi apresiasi terhadap upaya yang telah dilakukan polisi, kita tetap berharap kasus ini tidak berhenti pada motif sakit hati RB karena "pengkhianatan" Novel Baswedan.
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H