Pertama, siapa pengganti Yudi Latif. Jika dasar pengunduran diri Yudi benar seperti diuraikan pada poin kedua di atas, maka sosok penggantinya adalah intelektual dari dari lingkar dalam Megawati. Jadi tidak mungkin akan diisi politisi, terlebih dari luar kandang Banteng seperti Ali Mochtar Ngabalin meski sekarang sudah berada di istana sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden.
Kedua, sikap anggota Dewan Pengarah. Pernyataan Said Aqil Siradj, salah satu anggota Dewan Pengarah BPIP, jika dirinya rugi dan merasa kehilangan Yudi Latif, kian memperkuat argumen poin kedua. Meski kita paham, pernyataan itu standar dan lumrah, tetapi maknanya akan berbeda manakala Aqil menyebut pengunduran diri Yudi sebagai hak yang harus dihormati. Pernyataan pertama mengandung penyesalan, sedang yang terakhir justru terkesan memberi jalan.
Apapun alasannya, dapat dipastikan pengunduran diri Yudi Latif dari posisi kepala BPIP yang bergaji Rp 76.5 juta per bulan tidak terkait dengan kontestasi Pilpres 2019. Yudi yang pernah menyebut Basuki Tjahaja Purnama sebagai Robinhood dikenal sebagai intelektual Muslim yang menentang agama dibawa ke ranah politik praktis sebagaimana Nurcholish Madjid- mentornya di Paramadina, yang terkenal dengan slogan: Islam Yes, Partai Islam No.Â
Salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H