Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jalan Pintas Luhut “Jegal” Kemandirian Ekonomi Jokowi

12 Oktober 2016   08:50 Diperbarui: 13 Oktober 2016   09:06 3105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kondisi darurat, sah-sah saja melakukan impor gas. Mungkin bisa memberikan semacam shock therapy kepada calo-calo gas di dalam negeri yang selama ini mengendalikan harga gas. Pertanyaannya adalah, apakah waktu dua bulan yang diberikan Presiden Jokowi untuk menurunkan harga gas terlalu singkat? Apakah dalam rentang waktu tersebut tidak bisa dilakukan pembenahan tata kelola gas?

Andai boleh berandai-andai, rasanya Presiden Jokowi akan memaklumi pembantunya jika sampai bulan Februari atau Maret harga gas masih tinggi tetapi sudah keluar regulasi yang menjamin efisiensi distribusi gas dalam negeri sehingga akan berdampak pada penurunan harga gas secara signifikan. 

Artinya, lebih baik meminta pengertian pelaku usaha untuk “berkorban” selama 2-3 bulan tetapi ke depannya ada jaminan pasokan gas dengan harga kompetitif, dari pada membuka kran impor gas yang berarti mengingkari cita-cita dan semangat kemandirian ekonomi seperti yang termaktub dalam Nawa Cita.

Sebab jika impor dilakukan, berarti akan ada perusahaan baru yang diberi kewenangan untuk melakukannya. Apakah ada perusahaan yang mau membangun infrastruktur untuk penyaluran gas impor yang hanya berdurasi 3-6 bulan, sebelum proses perbaikan tata kelola gas di dalam negeri selesai? 

Tentunya semua perusahaan, sekali pun perusahaan plat merah, sebelum membangun infrastruktur pendukung meminta jaminan keberlangsungan aktivitas usahanya  dalam rentang waktu tertentu, dan kalau bisa selamanya!

Jadi, bukan anti impor, tetapi tidaklah tepat jika Luhut, yang juga Menko Kemaritiman, mengambil jalan pintas dengan membuka kran impor demi menurunkan harga gas di dalam negeri sesuai keinginan Presiden Jokowi. Masih banyak cara tanpa harus “merobek-robek” Nawa Cita.

Salam @yb   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun