Partai politik sebagai lembaga pengkaderan calon pemimpin bangsa, mestinya tidak ikut arus layaknya organisasi kemasyarakatan yang dibentuk hanya untuk mengejar keuntungan pribadi/kelompoknya sehingga dengan mudah mendukung siapa pun yang memberikan profit. Memberikan dukungan kepada calon di luar kader dengan kalkulasi akan mendapat limpahan suara pada gelaran politik berikutnya, hanya mungkin dilakukan oleh partai amatir atau partai gurem yang masih kebingungan mencari basis pendukung.
Pernyataan Direktur Eksekutif Poltracking Institute Hanta Yuda, jika PDI-P mengusung Ahok sebagai calon gubernur dan akhirnya menang, maka para pemilih Ahok hampir pasti akan memilih PDI-P di Pemilu Legislatif 2019 seperti dikutip dari kompas.com hanya ilusi. Hanta Yuda menafikan logika bahwa politik bergerak dinamis dan tidak ada ikatan politik yang bersifat permanen.
Jika hari ini partai Y mendukung calon X, belum tentu dua tahun mendatang hubungan politik partai Y dengan X yang sudah berkuasa akan tetap sama. Bisa jadi di tahun pertama sudah terjadi gesekan- sebagaimana Ahok dengan Gerindra, sehingga investasi yang diberikan partai Y kepada X pada event sebelumnya, menjadi sia-sia. Janji politik adalah cek kosong yang seringkali tidak bisa ditunaikan di kemudian hari.
Salam @yb