Tidak seperti film adaptasi video gim lain yang hanya menempelkan beberapa elemen dalam video gim untuk sekadar melengkapi dan kemudian mengubahnya menjadi lebih realistis, Sonic justru jauh dari hal tersebut. Aksi Sonic tetap tidak masuk akal, aksi Sonic tetap melawan logika, bahkan aksi Sonic kerap melawan hukum gravitasi.
Namun memang seperti itulah seharusnya Sonic, karakter yang kita kenal sejak era 90-an. Dan memang seharusnya tetap seperti itu agar terus membawa ciri khas video gimnya secara otentik, bukan malah 'menghancurkannya' hanya demi mendapatkan label realistis.
Kesuksesan yang kini diraih dari pemutarannya di seluruh dunia yaitu meraih 200 Juta USD di minggu pertama penayangannya dari total budget sebesar 93 Juta USD, tentu menjadi kabar yang membahagiakan bagi Sonic dan seluruh penggemarnya. Maka sudah bisa dipastikan peluang untuk menghadirkan sekuelnya pun terbuka sangat lebar.
Apalagi karakter dari Sonic masih banyak yang bisa dimunculkan dan di eksplorasi lebih lagi pada sekuelnya kelak. Misalnya Shadow The Hedgehog, Tails si rubah yang bisa terbang, Knuckles Chaotix, dan tentu saja Metal Sonic yang menjadi doppleganger dari Sonic itu sendiri.
Hmm, cukup menarik bukan?
Pesona Jim Carrey yang Tak Kalah Memikat
Dari sisi teknis juga sejatinya tak ada yang spesial dari film Sonic The Hedgehog. Semua berada pada porsi yang pas untuk menciptakan film keluarga yang dicintai para penonton.
Seperti tampilan CGI-nya yang memang cukup mulus namun tidak terasa spesial. Bahkan jika mau dibandingkan dengan sesama film adaptasi video gim, maka Pokemon: Detective Pikachu jauh lebih halus dari sisi CGI-nya menurut penulis.
Dari segi penceritaan pun, obsesi sang penjahat untuk menangkap Sonic juga tidak terlalu kuat. Terlalu sederhana dan klise.