Pada era 90-an yang juga sering disebut dengan era keemasan video games, para karakter yang hadir dari sebuah gim tentu amat melekat di pikiran anak-anak pada masa itu dan menjadi semacam idola yang terus terbawa hingga masa dewasanya.Â
Dengan Nintendo dan Sega menjadi dua konsol yang paling sukses menelurkan karakter yang tak lekang oleh waktu hingga saling berkompitisi merajai chart video gim sebelum kedatangan Playstation di pertengahan 90-an.
Nintendo memiliki waralaba yang masih aktif menelurkan gim barunya hingga hari ini seperti Mario Bros, Zelda, Metroid, dan Donkey Kong yang juga didukung oleh konsol baru yang masih diproduksi seperti Nintendo DS dan Nintendo Switch.Â
Sementara Sega yang sudah berhenti memproduksi konsol dan fokus pada pengembangan softwarenya saja, juga memiliki waralaba gim yang hingga hari ini masih digilai.
Adalah Sonic The Hedgehog, waralaba dari Sega yang terus mendapatkan kesempatan mengeluarkan gim terbarunya hingga hari ini, entah untuk versi konsol ataupun versi mobile.
Mendunia sejak era 16 bit-nya Sega Genesis atau Sega Mega Drive, Sonic kemudian menjelma menjadi gim terfavorit di konsol Sega sekaligus menjadi ikon yang membawa nama Sega ke seluruh dunia layaknya Nintendo dengan Marionya.
Nah berbicara tentang Sonic, landak berwarna biru yang bisa berlari cepat dan memiliki musuh bebuyutan yaitu Dr. Eggman atau Dr. Robotnik ini pada akhirnya diberikan kesempatan lebih untuk tampil pada sebuah 'panggung' baru bernama sinema. Di mana hypenya sejatinya juga sempat terganggu di tahun lalu pasca desain karakternya yang nampak menyeramkan kala trailer pertamanya dirilis ke publik.
Dengan revisi desain karakter yang konon menghabiskan biaya 5 Juta USD ditambah dengan mundurnya jadwal tayang selama setahun, Sonic The Hedgehog pada akhirnya bisa dinikmati penggemarnya di seluruh dunia di bulan Februari ini dengan desain karakter yang lebih baik dan tentu saja otentik dengan versi video gimnya.
Disutradarai oleh sutradara debutan Jeff Fowler, Sonic pun siap berlari di bioskop seluruh dunia, dengan Indonesia mendapatkan jadwal tayang mulai tanggal 25 Februari yang lalu.
Lantas, apakah filmnya worth untuk disaksikan mengingat film adaptasi video gim yang kerap mengecewakan? Yuk, kita masuk ke pembahasannya.
Aksi Seru Ramah Keluarga yang Membangkitkan Nostalgia
Sejatinya Sonic The Hedgehog memiliki semua yang dibutuhkan dari sebuah film keluarga. Ceritanya ringan, banyak aksi seru, serta visual cerah yang memberikan mood positif dan ceria di sepanjang film.
Pun konflik yang terjadi antara Sonic (Ben Schwartz) dengan Dr. Robotnik (Jim Carrey) sangat mudah dipahami bagi anak-anak sekalipun. Masih tentang kebaikan melawan kejahatan yang kemudian dibumbui dengan tema persahabatan yang tercipta antara Sonic dengan Tom Wachowski (James Marsden).
Memang tak ada yang spesial dari segi cerita. Bahkan formula penceritaan yang dibawa oleh Sonic sudah sering kita saksikan pada film anak-anak lainnya. Yaitu makhluk unik atau alien yang datang ke bumi dari semesta berbeda untuk kemudian mengharuskannya bersentuhan dengan manusia. Sambil mencoba membuat dirinya bisa diterima di tengah masyarakat dan menghindarkannya dari kesendirian.
Hanya saja sejak awal Sonic memang sudah menunjukkan keseriusannya dalam menghadirkan fans service yang maksimal di debut live action-nya ini. Seperti penampakan Green Hill Zone yang menjadi pembuka film, di mana pada gimnya merupakan level awal permainan yang sekaligus menjadi stage paling ikonik dalam waralaba gim Sonic.
Ditambah dengan kemunculan gold ring disertai bunyi 'point' yang juga menjadi icon dari Sonic, maka semakin membuncahlah perasaan bahagia dari para fansnya, termasuk penulis. Sonic seakan ingin menyampaikan sedari awal film bahwa ini adalah film untuk memuaskan kami para pemain veteran video gim Sega.
Berbagai style gerakan Sonic pada video gim pun tak luput dimasukkan ke dalam film ini, seperti gerakan rolling yang menyerupai bola untuk menyerang lawan dan tubuh yang diselimuti listrik sebelum mengeluarkan special move. Bahkan layaknya karakter Quicksilver pada waralaba film X-Men, Sonic pun memiliki gerakan super cepat yang lantas diolah dengan gaya super slow motion yang memikat.
Tidak seperti film adaptasi video gim lain yang hanya menempelkan beberapa elemen dalam video gim untuk sekadar melengkapi dan kemudian mengubahnya menjadi lebih realistis, Sonic justru jauh dari hal tersebut. Aksi Sonic tetap tidak masuk akal, aksi Sonic tetap melawan logika, bahkan aksi Sonic kerap melawan hukum gravitasi.
Namun memang seperti itulah seharusnya Sonic, karakter yang kita kenal sejak era 90-an. Dan memang seharusnya tetap seperti itu agar terus membawa ciri khas video gimnya secara otentik, bukan malah 'menghancurkannya' hanya demi mendapatkan label realistis.
Kesuksesan yang kini diraih dari pemutarannya di seluruh dunia yaitu meraih 200 Juta USD di minggu pertama penayangannya dari total budget sebesar 93 Juta USD, tentu menjadi kabar yang membahagiakan bagi Sonic dan seluruh penggemarnya. Maka sudah bisa dipastikan peluang untuk menghadirkan sekuelnya pun terbuka sangat lebar.
Apalagi karakter dari Sonic masih banyak yang bisa dimunculkan dan di eksplorasi lebih lagi pada sekuelnya kelak. Misalnya Shadow The Hedgehog, Tails si rubah yang bisa terbang, Knuckles Chaotix, dan tentu saja Metal Sonic yang menjadi doppleganger dari Sonic itu sendiri.
Hmm, cukup menarik bukan?
Pesona Jim Carrey yang Tak Kalah Memikat
Dari sisi teknis juga sejatinya tak ada yang spesial dari film Sonic The Hedgehog. Semua berada pada porsi yang pas untuk menciptakan film keluarga yang dicintai para penonton.
Seperti tampilan CGI-nya yang memang cukup mulus namun tidak terasa spesial. Bahkan jika mau dibandingkan dengan sesama film adaptasi video gim, maka Pokemon: Detective Pikachu jauh lebih halus dari sisi CGI-nya menurut penulis.
Dari segi penceritaan pun, obsesi sang penjahat untuk menangkap Sonic juga tidak terlalu kuat. Terlalu sederhana dan klise.
Hanya saja peran villain kemudian terbantu dengan performa apik Jim Carrey sebagai Dr. Robotnik yang sangat mencuri perhatian. Performa menawannya sebagai aktor dengan kemampuan merubah mimik wajah dan gerakan-gerakan absurdnya itu pada akhirnya bisa kita saksikan lagi setelah hiatus dari layar lebar hampir selama 4 tahun.
Bahkan perannya sebagai sosok ilmuwan cerdas sekaligus penjahat gila, mampu ditampilkannya secara maksimal dan membuat kita yakin bahwa Jim Carrey memang satu-satunya sosok yang tepat untuk memerankan Dr. Robotnik. Jim Carrey membuat film Sonic semakin berwarna dan tidak terasa membosankan.
Sementara pengisi suara Sonic, Ben Schwartz, juga cukup mampu menghidupkan karakter Sonic yang sejak dulu kita tahu bergaya bengal, suka pamer, dan cerewet. Maka Sonic-nya Ben Schwartz  kali ini juga bisa dibilang seperti Deadpool, namun dengan versi celotehan dan umpatan yang aman dikonsumsi anak-anak.
Chemistry yang dibangun Ben Schwartz bersama dengan James Marsden memang cukup baik, hanya saja belum meyakinkan selayaknya sepasang sahabat. Mungkin di sekuelnya nanti dua sahabat ini akan mendapatkan porsi yang lebih baik.
Nostalgia Bagi Generasi Lawas, Warisan Bagi Generasi Baru
Rasanya memang tak sulit untuk jatuh cinta kepada Sonic The Hedgehog, mengingat bagi yang familiar dengan gimnya di era 90-an, film ini nampak menjadi semacam sumber nostalgia yang membahagiakan hati. Begitu banyaknya referensi pop culture era 90-an termasuk pilihan musik latar yang digunakan, tentu saja mampu membawa kita masuk ke dalam kapsul waktu untuk mengenang segala memori indah di masa kecil.
Sementara bagi generasi baru, Sonic The Hedgehog jelas menjadi sebuah warisan yang tak lekang oleh waktu. Menjadi sarana pengenalan kepada sang legenda, yang kelahirannya puluhan tahun lalu menjadi penanda era video gim 16-bit serta inspirasi bagi kelahiran video gim modern yang jamak ditemui saat ini.
Sonic jelas menjadi sajian yang tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak namun juga menjadi semacam terapi untuk para penggemar dewasa yang rindu melihat kehadirannya di layar lebar.
Penutup
Sonic The Hedgehog tentu saja mampu menjadi obat penawar bagi tiap kita yang rindu melihat lagi sosok landak biru legendaris tersebut. Cerita positif seputar keluarga, persahabatan, dan rasa empati untuk saling menolong, ditambah dengan dialog yang aman dikonsumsi segala usia, tentu saja menjadi poin plus yang membuat Sonic The Hedgehog cukup worth dijadikan pilihan tontonan bersama keluarga di minggu ini.
Sonic The Hedgehog juga meneruskan tren film adaptasi video gim bernasib baik yang dimulai dari Pokemon: Detective Pikachu dan Angry Birds 2Â di tahun lalu, setelah pada tahun-tahun sebelumnya film-film adaptasi video gim selalu mengecewakan hasilnya baik secara komersil maupun kritik.
So, tontonlah keseruan landak biru yang super cepat dalam usahanya melawan Dr. Robotnik yang licik dan jahat. Sambil kembali mengenang sensasi bermain Sonic dengan menggunakan controller Sega Mega Drive yang legendaris itu.
Oh iya, jangan langsung pulang begitu filmnya selesai. Karena Sonic The Hedgehog memiliki 2 mid-credit scene yang akan menjadi clue untuk kemungkinan film sekuelnya kelak. Tentu saja sambil menampilkan salah satu karakter legendaris yang pasti akan membuat para penggemarnya kegirangan.
Skor: 7.5/10
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H