Karena sejak live action Beauty and The Beast berhasil mengangkat isu LGBT pada sepersekian detik adegan penutupnya dan secara terang-terangan ditunjukkan melalui karakter yang diperankan Joe Russo pada adegan sharing community di Avengers: Endgame, Disney nampaknya memang ingin mengangkat isu kesetaraan gender ke level selanjutnya.
Hanya saja, isu LGBT ini memang masih cukup sensitif di wilayah Asia. Apalagi jika menyangkut konten anak-anak. Sementara di sisi lain Asia mulai menjadi ladang pendapatan yang besar bagi Disney yang apabila Disney tidak berhati-hati, bisa jadi justru akan membawa kerugian besar bagi bisnisnya di masa mendatang.Â
Maka cek ombak ini jelas diperlukan untuk melihat seberapa besar urgensinya memasukkan isu tersebut ke dalam filmnya dan seberapa besar pengaruh isu tersebut terhadap kontinuitas bisnisnya di seluruh dunia, bukan hanya di Amerika dan Eropa saja.
Bisa jadi cerita klasik tentang pangeran dan putri akan tetap bertahan. Namun tak tertutup kemungkinan juga jika nantinya akan ada cerita tentang cinta pada pandangan pertama antara putri dengan putri atau pangeran dengan pangeran bila potensi bisnis mengarah ke hal tersebut terkait hasil 'cek ombak' sebelumnya.
Dan jika kemungkinan terakhir itu benar-benar terjadi, bisa dipastikan semua studio animasi akan mengikuti jejaknya. Karena dimana ada potensi bisnis baru, disitulah industri akan bergerak. Dan Disney, tentu berperan sebagai penggeraknya.
Penutup
Dengan berbagai poin pembahasan di atas, sudah jelas bahwa Frozen IIÂ menjadi bukti nyata terkait superioritas Disney di ranah film anak.Â
Bukan hanya karena kualitas visual dan teknologi yang nampak belum tertandingi, namun juga karena kepiawaian mereka mengolah berbagai karakter dan kontroversi menjadi peluang bisnis baru, tanpa meninggalkan pesan-pesan positif terkait kehidupan tentunya, yang tentu saja kemudian semakin mengokohkan mereka di puncak bisnis hiburan dunia.
Memang, dari segi penceritaan Disney sudah mulai bisa dilawan oleh para pesaing. Namun Frozen II masih membuktikan bahwa sebuah sekuel yang terdapat label Disney, meskipun tak selalu bisa melampaui kualitas film pertamanya, tetap bisa menjadi hiburan baru yang menarik minat.