"Dek, cepat makan dulu sana, nasi sama lauknya sudah siap," seru ibu. "Habis itu tinggal mandi terus istirahat, kan capek seharian," tambahnya.
Aku pun bergegas menuju dapur setelah terlebih dahulu berganti pakaian dari seragam sekolah ke kaos oblong harian. Maklum, hari itu aku baru saja pulang dari bimbingan belajar untuk menghadapi UAN di jenjang Sekolah Menengah Pertama.
Dua lembar tempe goreng digoreng kering, satu butir telur bumbu balado dan cah kangkung yang kuambil secukupnya pun lantas memenuhi sepiring nasi yang kuambil cukup banyak malam itu. Oh iya, bahkan aku sempat menambah nasi sekali lagi saking laparnya. Maklum, perut anak sekolah memang dikenal tak bisa cepat kenyang.
Selesai makan malam aku pun langsung bergegas mandi. Guyuran air dingin seketika menyegarkan tubuhku yang sebelumnya terasa lelah dan gerah. Energi baru pun seakan muncul kembali dan ide untuk bermain video gim pun muncul di kepala.
Ya, sekadar untuk melepas lelah setelah seharian berkutat dengan materi-materi pelajaran yang jumlahnya sangat banyak itu. Rasanya, bermain video gim satu hingga dua jam tak masalah, sebelum kemudian aku menutup hari di pulau kapuk yang tak lagi empuk itu.
"Bu, aku main play station ya di atas," teriakku pada ibu yang sedang berada di dalam kamar mandi.
"Iya, tapi jangan lama-lama. Jam 9 atau 10 selesai ya, terus tidur. Besok sekolah lagi lho," jawab ibu menyetujui keinginanku.
Aku pun bergegas ke lantai atas, tempat di mana konsol gim Play Station 2 lengkap dengan televisi tabung Sony 20 inch diletakkan. Ya, ibu sengaja meletakkan video gim dan juga dvd player di lantai atas agar kegiatan anak-anaknya menyaksikan film atau bermain video gim tidak mengganggu aktifitasnya menyaksikan sinetron pada televisi yang ada di ruang keluarga.
Namun sebelum ke lantai atas melewati tangga terbuka yang menghubungkannya dengan balkon kecil dan pintu kamar atas, terlebih dulu aku harus melewati taman kecil dan kolam ikan yang ada di dekat meja makan
 Antara meja makan dan taman yang berdekatan itu dipisahkan oleh pintu geser yang menghubungkannya dengan ruang tv atau ruang keluarga. Jadi dari ruang keluarga aku bisa melihat aktifitas di meja makan, taman, serta tangga menuju lantai atas, begitupun sebaliknya.
Nah, dari taman kecil itu aku juga bisa melihat rumah salah satu tetanggaku yang kebetulan juga berlantai dua. Rumah yang bagus sebenarnya, namun entah mengapa selalu dibiarkan gelap gulita di bagian balkonnya. Dan entah mengapa juga selalu saja ada yang seperti berusaha 'menarik' mata ini untuk melihat ke arah balkon itu. Meskipun ketika dilihat tidak ada apa-apa.