Sama dengan para mahasiswa di Indonesia, yang hanya ingin agar demonstrasi mereka juga kelak didengar oleh pemerintah, bahkan jika memungkinkan juga diaplikasikan pada perubahan keputusan kelak. Bukan justru menganggapnya sebagai aksi yang tak perlu dan tak relevan seperti kutipan salah satu staf kepresidenan.
***
Film yang memiliki durasi 1 jam ini memang masih meninggalkan rasa penasaran akan nasib Joshua Wong saat ini, dimana hal tersebut  sebenarnya juga bisa kita lihat pada berbagai berita yang bisa di cari lewat mesin pencari Google.
Hanya saja, film ini memang mampu memberikan gambaran yang nyata tentang bagaimana beratnya perjuangan turun ke jalan. Baik dalam suasana perjuangan yang lantang dan penuh optimisme hingga gambaran kesulitan dan kelelahan yang dihadapi akibat betapa bebalnya pemerintahan Hong Kong dan Tiongkok dalam mempertahankan keputusan mereka dan seakan tak mendengar aspirasi rakyatnya.
Setidaknya juga ada 4 aspek yang mendominasi warna keseluruhan film dokumenter ini sehingga sangat layak untuk dijadikan tontonan dan referensi politik yang akurat bagi penonton awam sekalipun. Yaitu tentang perjuangan, pengorbanan, cinta dan pengkhianatan yang melandaskan aksi-aksi tersebut, yang kemudian bisa terus berkembang dan bertambah besar hingga hari ini.
Sebuah gerakan yang awalnya diprakarsai oleh remaja tanggung dengan penampilan tak meyakinkan, yang lantas berubah menjadi inspirasi tak hanya bagi masyarakat Hong Kong saja, namun juga dunia. Perjuangan mereka memang belum dan mungkin tak akan pernah selesai, namun jika tidak dimulai dari anak-anak muda, lantas siapa lagi?
Film dokumenter Joshua: Teenager vs Superpower tersedia di platform streaming Netflix.
Selamat menonton. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H