Joshua jelas menjadi bukti bahwa jika diletakkan dalam porsi dan positioning yang pas, anak muda bisa memberikan perubahan yang positif dan pengaruh yang dahsyat bagi sekitar. Tak peduli bagaimana penampilannya, selama memiliki ilmu dan pemahaman yang solid, anak muda tentu layak berbicara lebih karena setiap masyarakat memiliki hak bicara yang sama.
Anak Muda Tak Selalu Mager
Sama seperti yang dilakukan Joshua Wong kala ia berani mengambil langkah konkrit, dimana hal tersebut bertolak belakang dari kebiasaan anak-anak muda seumurannya yang cenderung lebih suka di rumah atau menghabiskan waktu dengan bermain. Pun dengan para orangtua yang menganggap aksi turun ke jalan adalah kesia-siaan.
Disini jelas terlihat bahwa stigma pelajar atau mahasiswa di era modern yang kerap malas melakukan aksi apapun, berhasil dimentahkan lewat sosok Joshua dan tentunya mahasiswa kita di Indonesia.
Tentu saja, harapan masih bisa kita dapatkan lewat darah-darah muda yang masih berapi-api mempertahankan idealisme dan kebenaran yang memang patut disuarakan.
Masyarakat Hanya ingin di Dengar Aspirasinya
Setiap masyarakat pasti memiliki keinginan agar aspirasinya didengar oleh para pemangku keputusan, dalam hal ini pemerintah. Maka sama seperti para mahasiswa yang turun ke jalan, pelajar yang tergabung dalam organisasi Scholarism besutan Joshua Wong memang hanya menginginkan agar aksinya didengar pemerintah.
Mereka yang hadir tidak semuanya berasal dari kalangan kaya atau sebaliknya. Tapi yang pasti mereka hadir dengan satu suara untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warga negara.
Itulah yang menyebabkan Joshua dan banyak orang rela demonstrasi berbulan-bulan dan memasang tenda di pusat kota Hong Kong, agar keinginan mereka didengar. Meskipun pada akhirnya ketua administrasi kota Hong Kong, CY Leung dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, tak pernah benar-benar mendengar aspirasi mereka.