Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Rambo: Last Blood" tentang Tragedi yang Memaksa Sang Legenda Kembali ke Medan Pertempuran

18 September 2019   09:15 Diperbarui: 18 September 2019   09:47 2234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sly Stallone dalam First Blood, 1982 (hollywoodreporter.com)

Penutup yang Kurang Greget

Bloody-disgusting.com
Bloody-disgusting.com
Jika dilihat dari sub judulnya, tentulah kita berharap bahwa Rambo:Last Blood akan menjadi penutup yang epik dan memorable. Bahkan tone filmnya yang cenderung dewasa dan lebih kelam pun seakan mengingatkan kita akan film Logan pada awalnya. 

Namun pernyataan Stallone pada wawancaranya dengan salah satu media AS, seakan menyiratkan bahwa franchise ini kemungkinan akan tetap lanjut, entah sebagai sekuel ataupun prekuel.

Rambo: Last Blood memang menyajikan berbagai homage akan 4 film sebelumnya. Baik dalam bentuk adegan kilas balik maupun rekonstruksi adegan lawas yang kemudian dimodifikasi agar terlihat segar. Dimana hal tersebut tentu saja menghadirkan kembali nuansa nostalgia yang menyenangkan. 

Desingan peluru, ledakan bahkan darah yang bermuncratan dari tubuh lawannya tentu saja tetap ada. Tak lupa, cara bertempur yang hiperbolis sekaligus surealis tetap dipertahankan sehingga kita tahu ini tetap Rambo yang sama seperti kala kita menyaksikan film pertamanya.

Comingsoon.net
Comingsoon.net
Rambo:Last Blood juga tetap menampilkan sosok Rambo yang kerap dikaitkan dengan simbolisme kebanggaan Amerika. Pejuang tunggal yang siap membasmi lawan-lawannya tanpa takut dan menjadi sosok yang merupakan representasi harapan ditengah-tengah gelap dan kejamnya dunia.

Setidaknya hal tersebut juga kemudian ditampilkan secara halus lewat Meksiko yang berada dibalik tembok besar yang memisahkannya dengan daratan Amerika. Dimana kemudian digambarkan sebagai negara penuh kejahatan dan tak ada harapan. Dan sosok Rambo atau kita menyebutnya sebagai Amerika, jelas menjadi harapan akan pembebasan orang-orang tertindas di dalam negara tersebut.

idntimes.com
idntimes.com
Hanya saja character driven yang coba dihadirkan di film ini nampak berjalan kurang mulus dan tak begitu terasa ketika sebuah chemistry diperlukan untuk mendukung konklusi dari suatu konflik yang muncul kemudian. Beberapa diantaranya bahkan disajikan dengan cukup hambar.

Entah karena durasi filmnya yang hanya 1,5 jam sehingga porsi pendalaman karakter harus dipangkas, atau memang para karakter pendukung tersebut overshadow oleh sosok Rambo itu sendiri. Bahkan karakter yang diperankan Paz Vega pun tak memiliki arti apapun, meskipun sejatinya berpotensi untuk menjadi sidekick Rambo di film ini.

Maka meskipun film ini kemudian mengakhirinya dengan cukup baik, dan klasik khas Rambo tentu saja, namun seakan masih menyisakan sedikit ganjalan terkait konsep open endingnya. 

Jadi, bisa dibilang Rambo:Last Blood cukup klimaks dalam menghadirkan rentetan final fightnya, namun tak benar-benar bisa dibilang greget untuk film yang dipercaya sebagai penutup saga John Rambo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun