Rambo pun terpaksa untuk terjun kembali ke medan perang, menggunakan sisa-sisa tenaga dan skill yang dikuasainya di masa mudanya dulu demi menyelamatkan anak tercintanya.
Tragedi membuatnya kembali menjadi Rambo yang selama ini kita kenal. Cerdas, brutal dan tetap berjuang menyelamatkan orang-orang tercintanya walaupun kemudian berbagai kesulitan bergantian datang menghadangnya.
Film Aksi Klasik dengan Banyak Referensi Modern
Chemistry yang tercipta antara Rambo dan Gabrielle hingga bagaimana usahanya dalam menemukan sang putri, sekilas bahkan mengingatkan kita pada sosok Liam Neeson di trilogi Taken.Â
Namun nuansa Taken seketika berubah kala di suatu adegan Rambo akhirnya harus menerima pukulan telak dari lawan-lawannya hingga membuatnya jatuh tersungkur tak sadarkan diri.
Rambo yang sekarang, meskipun tetap menjadi momok bagi siapapun yang melawannya, jauh lebih melambat dan menua, pun di dunia nyata sosok Sylvester Stallone sendiri memang sudah menyentuh usia 73 tahun.
Maka film ini pun kemudian memang menurunkan tensi aksinya dengan memperbanyak unsur drama di hampir 60 menit awal. Sekaligus memperkenalkan calon musuhnya yang sayangnya tidak terlalu banyak porsi pengembangan karakternya. Yang kita tahu dia jahat, sudah itu saja.
Tepukan riuh jelas beberapa kali terdengar dari kursi penonton tiap Rambo berhasil memainkan jebakannya. Karena pada akhirnya di 30 menit akhir film ini mampu kembali ke akarnya Rambo Movies dengan menghadirkan ragam ultra violence sequence yang brutal, penuh darah namun tentu saja tetap menghibur.