Kapan lagi kita diberikan rekonstruksi acara pernikahan sederhana layaknya yang biasa kita lihat di perkampungan, lengkap dengan panganan khasnya dalam sebuah film superhero bukan? Dan hal tersebut menjadi satu dari sekian banyak tradisi lokal yang coba dilebur ke dalam film ini bersamaan dengan narasi patriotismenya yang kokoh.
Sementara kritikan pedas yang muncul pada film ini tentu saja sering diarahkan pada anggota dewan yang terhormat dengan segala intrik politik atas nama rakyatnya. Sementara isu sosial seputar adanya generasi amoral dan perselisihan antar rakyat yang ditimbulkan dari perbedaan pun ikut serta dimasukkan ke dalam film ini
Untuk itulah karakter politisi beserta jajarannya dalam wujud Ridwan Bahri (Lukman Sardi), Ganda Hamdan (Aqi Singgih), Ghani Zulham (Ario Bayu) dan juga karakter-karakter lainnya muncul untuk mewarnai dan menghidupkan narasi politik serta ketidakadilan yang begitu kuat dalam film ini.
Karakterisasi yang Kuat
Hanya saja, respon masing-masing pribadi dalam menghadapi kekacauan dunia lah yang kemudian membentuk keduanya menjadi sosok yang berbeda. Dengan petir sebagai respresentasi dari sosok Gundala dan Api yang  merupakan representasi sosok Pengkor, menjadi semacam pesan tersirat tentang bagaimana dua elemen paling berbahaya tersebut bisa menimbulkan efek yang berbeda dalam kehidupan.
Bagaimana Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) melewati hari-harinya yang kelam tanpa kedua orangtuanya(Rio Dewanto dan Marissa Anita)untuk kemudian tumbuh menjadi sosok Sancaka dewasa (Abimana Aryasatya) yang penuh kegelisahan terhadap kondisi sosial politik negerinya, tentu saja ditampilkan secara kontradiktif dengan karakter Pengkor(Bront Palarae).
Meskipun kemudian rivalitas antara Gundala dan Pengkor -yang di komiknya merupakan musuh bebuyutannya- belum benar-benar tereksploitasi di film ini, namun sejatinya akar segala rivalitas tersebut sudah dimulai dengan cukup kokoh pada film ini.Â
Tentu menarik untuk melihat bagaimana para pasukan Pengkor akan berperan sangat banyak dalam menghadang para jagoan lainnya dalam film-film di Jagat Sinema Bumilangit berikutnya.
Tak hanya itu, penggambaran karakter lainnya pun tak kalah kuat. Semisal bagaimana Awang kecil (Fariz Fajar) tumbuh menjadi lelaki yang apatis terhadap keadaan sekitarnya, tentu menjadi sangat menarik kala di kemudian hari diperdalam kisahnya pada film Godam. Apalagi Awang juga menjadi semacam role model bagi Sancaka kecil.