Karakter ikonik seperti Boots dan Swiper yang seharusnya bisa menjadi scene stealer, pada akhirnya memang muncul namun sangat singkat. Entah karena durasi film atau memang ingin fokus ke karakter Dora saja, menjadikan karakter yang paling ditunggu-tunggu aksinya tersebut nampak sebagai pelengkap saja.
Dora pun demikan. Rangkaian homage dari serialnya berpadu dengan kisah petualangan ringan dan penuh warna, tentu menjadikannya sebagai suguhan yang unik dan bisa diterima semua kalangan.Â
Meskipun secara alur sangatlah klise, mudah ditebak, bahkan juga menyisakan beberapa plot hole yang masih bisa dimaafkan, namun Dora and The Lost City of Gold jelas mampu menyajikan suguhan terbaik dari sumber materi yang sejatinya penuh keterbatasan untuk dijadikan sebuah film live action.
Tetap Edukatif dan Ramah Anak
Kisah Dora meninggalkan hutan tempat tinggalnya menuju "hutan" kehidupan yang lebih real dalam wujud SMA, jelas menjadi pesan kuat untuk anak-anak agar berani dan tidak takut dalam menghadapi perubahan dan dinamika kehidupan.Â
Begitupun pesan positif lainnya terkait pentingnya bersosialisasi, menjadi diri sendiri, menebar kebaikan dan menyayangi bumi serta seisinya, menjadi pesan yang kerap muncul dalam berbagai adegan baik secara subtil maupun secara langsung.
Bahkan di film ini hampir tidak ada adegan kekerasan yang berlebihan, begitupun adegan penggunaan senjata api yang juga nihil. Jadi film ini memang sangat aman untuk dikonsumi segala usia, mengingat film ini memang mengincar fans lawas yang sudah bertumbuh dewasa sekaligus fans anak-anak yang mungkin baru saja mengenal karakter Dora.
Penutup
Namun kombinasi jalan cerita yang ringan disertai berbagai tarian dan nyanyian yang lucu, tentu menjadikan film ini sebagai sajian petualangan seru dan ringan yang kaya warna.Â