Sejak mengudara pertama kalinya di tanggal 14 Agustus 2000, serial animasi edukatif Dora The Explorer langsung menjadi serial favorit banyak anak sekaligus pilihan utama para orangtua di seluruh dunia. Animasi yang lucu, penuh warna dan interaktif, membuat proses belajar alternatif anak-anak di rumah semakin seru dan menyenangkan.
Tentu tak mengejutkan jika hype serial ini pada akhirnya membuatnya diproduksi hingga 8 musim dengan total 176 episode. Belum termasuk sekuelnya di tahun 2014 berjudul Dora and Friends into The City yang memiliki 2 musim dengan total 40 episode.Â
Juga spin-off nya Go, Diego, Go! di tahun 2005 yang memiliki 5 musim dengan total 74 episode. Dora pun berkembang menjadi sebuah franchise besar yang digemari anak-anak.
Nah, 19 tahun pasca momen mengudaranya serial ini untuk pertama kali, Nickelodeon selaku perusahaan pembuat serial ini memberikan semacam hadiah bagi para fans setianya yang mungkin sudah bertumbuh dewasa saat ini lewat film live action berjudul Dora and The Lost City of Gold.
Namun apakah film ini masih membawa energi yang sama dengan serial animasinya?
Sinopsis
Di SMA, Dora pun kembali bertemu dengan sepupunya yang telah lama berpisah, Diego (Jeff Wahlberg), yang kini sedang mengalami krisis identitas di SMA.Â
Dora yang terlalu ceria dan kekanak-kanakan pun membuat ia sempat kesulitan mendapatkan teman di SMA. Meskipun pada akhirnya ia juga bisa berteman dengan Sammy (Madelaine Madden) dan Randy (Nicholas Coombe) karena sebuah insiden di luar rencana.
Maka bersama dengan teman-temannya, Dora pun bergegas mencari orangtuanya sekaligus berpacu dengan waktu menyelamatkan legenda kota emas dari tangan penjahat. Mampukah Dora menyelematkan keduanya?
Petualangan yang Fun dan Penuh Warna
Namun ternyata sikap skeptis tersebut dengan segera bisa dipatahkan kala layar bioskop mulai menayangkan adegan pembuka film Dora And The Lost City of Gold ini.Â
Mengadaptasi adegan pembuka pada versi serial animasinya, sontak saja menjadi hal yang mengejutkan dan mengundang riuh penonton bioskop saat screening di Plaza Indonesia XXI, tanggal 7 Agustus lalu. Penuh warna, lucu dan pastinya mengundang nostalgia akan serial yang mungkin pernah kita tonton di tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan ada satu adegan yang memang diperuntukkan untuk menghormati versi animasinya. Dimana adegan tersebut muncul tanpa diduga dan tentunya membuat kita terkejut akan proses kreatif yang out of the box itu. Hint nya adalah pada saat adegan di tengah taman bunga penuh spora. Jadi, perlu ditunggu adegan tersebut.
Tak berhenti disitu saja kejutan yang disajikan film ini. Metode breaking the 4th wall yang menjadi ciri khas Dora dalam berinteraksi dengan penontonnya di layar kaca turut serta dimasukkan di beberapa adegan film ini.Â
Tentunya gaya berinteraksi yang "Dora banget" itu mampu mengundang gelak tawa heboh dari kursi penonton karena selalu muncul pada momen tak terduga.
Sosok teman-teman serta orangtua Dora di film ini memang tak ada yang benar-benar menonjol. Bahkan penggambaran karakter mereka sebenarnya sudah sering muncul pada film-film petualangan remaja lainnya.Â
Hanya saja kehadiran mereka sebagai supporting character memang mampu menambah keseruan dan melempar banyak jokes lucu di sepanjang film. Terutama adegan kala Michael Pena menggambarkan seperti apa musik ala diskotik yang harus dijauhi Dora sesampainya di kota besar.
Karakter ikonik seperti Boots dan Swiper yang seharusnya bisa menjadi scene stealer, pada akhirnya memang muncul namun sangat singkat. Entah karena durasi film atau memang ingin fokus ke karakter Dora saja, menjadikan karakter yang paling ditunggu-tunggu aksinya tersebut nampak sebagai pelengkap saja.
Dora pun demikan. Rangkaian homage dari serialnya berpadu dengan kisah petualangan ringan dan penuh warna, tentu menjadikannya sebagai suguhan yang unik dan bisa diterima semua kalangan.Â
Meskipun secara alur sangatlah klise, mudah ditebak, bahkan juga menyisakan beberapa plot hole yang masih bisa dimaafkan, namun Dora and The Lost City of Gold jelas mampu menyajikan suguhan terbaik dari sumber materi yang sejatinya penuh keterbatasan untuk dijadikan sebuah film live action.
Tetap Edukatif dan Ramah Anak
Kisah Dora meninggalkan hutan tempat tinggalnya menuju "hutan" kehidupan yang lebih real dalam wujud SMA, jelas menjadi pesan kuat untuk anak-anak agar berani dan tidak takut dalam menghadapi perubahan dan dinamika kehidupan.Â
Begitupun pesan positif lainnya terkait pentingnya bersosialisasi, menjadi diri sendiri, menebar kebaikan dan menyayangi bumi serta seisinya, menjadi pesan yang kerap muncul dalam berbagai adegan baik secara subtil maupun secara langsung.
Bahkan di film ini hampir tidak ada adegan kekerasan yang berlebihan, begitupun adegan penggunaan senjata api yang juga nihil. Jadi film ini memang sangat aman untuk dikonsumi segala usia, mengingat film ini memang mengincar fans lawas yang sudah bertumbuh dewasa sekaligus fans anak-anak yang mungkin baru saja mengenal karakter Dora.
Penutup
Namun kombinasi jalan cerita yang ringan disertai berbagai tarian dan nyanyian yang lucu, tentu menjadikan film ini sebagai sajian petualangan seru dan ringan yang kaya warna.Â
Berbagai homage serial animasinya serta banyaknya pesan edukatif yang muncul, jelas membuat film ini cukup aman ditonton oleh anak-anak sekalipun. Meskipun pendampingan orangtua tetap diperlukan.
Dora And The Lost City of Gold tayang mulai Jumat, 9 Agustus 2019.
Skor: 7,5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H