Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Scary Stories to Tell in The Dark", Sajian Horor Sederhana yang Asyik dan Menghibur

7 Agustus 2019   14:20 Diperbarui: 7 Agustus 2019   17:52 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screengeek.com
Screengeek.com
Scary Stories to Tell in The Dark sejatinya memberikan kombinasi film petualangan dan horor klasik yang cukup seru dan mendebarkan untuk disaksikan. Tingkat keseramannya memang berada pada level medium, namun unsur fun nya cukup mampu membuat kita tetap betah untuk mengikuti jalan ceritanya.

Dengan style penceritaan yang mengkombinasikan antara fairy tales dan horor khas Del Toro serta berbagai unsur horor klasik lainnya yang coba disajikan Øvredal, film ini pun kemudian bertutur layaknya sebuah cerita rakyat atau dongeng masa kecil yang divisualisasikan. Narasinya sederhana, konfliknya sederhana, bahkan endingnya pun tak memiliki plot twist yang mengejutkan.

Film ini pun bisa dibilang mengkombinasikan unsur petualangan dan fantasi dengan beberapa unsur horor semisal thriller, gore, disturbing scene hingga supranatural horor. Praktis di sepanjang film kita akan disajikan berbagai adegan yang tak hanya mengagetkan dan menyeramkan saja, namun juga membuat ngilu, mual bahkan bergidik ngeri.

News.avclub.com
News.avclub.com
30 menit awal film cukup berjalan lambat dimana kita hanya dibawa untuk mengenal masing-masing tokoh utamanya serta bagaimana proses munculnya buku maut di tengah-tengah mereka. Sementara 1 setengah jam sisanya diisi dengan rangkaian teror dari beberapa kisah populer yang ada di buku Scary Stories. Sebut saja teror The Pale Lady, Jangly Man, Harold the Scarecrow dan The Toe Monster. Sementara kesimpulan dari segala rangkaian teror yang ada juga cukup baik timingnya dan tidak terkesan terburu-buru.

Sepanjang film berjalan kita akan sering dipermainkan dalam suasana adegan yang full silent. Yaitu hanya menyisakan sang tokoh yang menjadi korban, untuk kemudian backsound menghilang dan ditemani pergerakan kamera spekulatif yang apik. 

Dimana pada momen ini pikiran kita dibiarkan untuk menebak-nebak kapan sang hantu akan muncul. Dan tentu saja hal ini terbukti efektif menghadirkan jumpscare yang kemudian menghasilkan beberapa teriakan dari kursi penonton karena pada akhirnya kemunculan sang hantu diluar prediksi penonton.

***

Empireonline.com
Empireonline.com
Kelebihan dalam film ini jelas ada pada teknik pengambilan gambar dan setting era 60-an yang nampak otentik dan natural. Tone yang dihasilkan oleh sinematografer Roman Osin mampu menginterpretasikan unsur dark fantasy yang selama ini sering muncul dalam film-film garapan Del Toro. Sehingga mampu memberikan nuansa yang berbeda antara kenyataan dan latar surealis kala sang hantu bergantian muncul.

Dan lagu soundtrack Season of The Witch yang dinyanyikan ulang oleh Lana Del Rey tentu saja berhasil menambah mood mencekam yang dihadirkan dalam film. 

Hollywoodreporter.com
Hollywoodreporter.com
Deretan aktor dan aktris muda dalam film ini pun cukup menjanjikan. Tak sekadar asal teriak, namun mereka juga mampu memberikan gambaran yang cukup meyakinkan terkait teror yang muncul bergantian dan mendatangi mereka satu per satu. Chemistry di antara mereka pun terbangun apik meskipun karakter kakak-beradik Chuck dan Ruth, tak benar-benar bisa meyakinkan kita bahwa mereka bersaudara.

Sosok berbagai hantu yang muncul dengan ragam gaya terornya juga cukup segar dan berbeda dari film horor kebanyakan. Namun sayang, sosoknya sendiri kurang memorable dan melekat di benak penonton. Disini desain hantunya sangat segmented bahkan Amerika sekali, sehingga untuk ukuran penonton Asia yang terbiasa dengan sosok hantu yang lebih creepy, mungkin akan menganggap sosok hantu di film ini biasa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun