Dan lewat Striking Vipers, Smithereens dan Rachel, Jack and Ashley Too, Black Mirror membuktikan bahwa gambaran efek samping teknologi yang saat ini perkembangannya sedang dielu-elukan dunia, masih cukup relevan untuk dinarasikan.
Episode 1: Striking Vipers
Gim tersebut membangkitkan kembali nostalgia permainan Striking Vipers lawas yang dulu sering mereka mainkan semasa kuliah. Namun kali ini, teknologi yang disematkan jauh lebih canggih.
Namun bukan pertarungan antar karakter yang didapat, namun justru mereka menikmati hubungan sex yang tercipta oleh avatar mereka. Danny dengan avatar petarung laki-laki dan Karl dengan avatar petarung wanita, justru menikmati sensasi berhubungan sex dalam dunia virtual tersebut.
Tak hanya itu, Striking Vipers juga memberikan beberapa catatan penting semisal gambaran homoerotisme dalam dunia virtual lewat karakter Danny dan Karl. Serta kekerasan dan gender fluidity dalam sebuah dunia virtual.Â
Meskipun Danny bahagia dengan kehidupan pernikahannya dan Karl juga bahagia dengan kisah cintanya sendiri, namun di dunia virtual mereka menjadi pribadi yang berbeda. Tidak, mereka tidak memiliki hasrat hubungan sesama jenis.
Dan faktanya, cara kerja seperti inilah yang membuat sex online menjadi candu. Tak peduli siapa atau apa yang ada dibelakangnya, tiap karakter dan avatar nyatanya mampu menciptakan fantasinya sendiri.
Plot twist nya memang tak sekuat episode Black Mirror lainnya. Hanya saja episode ini meninggalkan banyak pelajaran penting tentang sisi gelap teknologi dengan unsur seksualitas didalamnya, serta meninggalkan pelajaran penting tentang betapa pentingnya nilai kejujuran dan pengorbanan dalam suatu hubungan.