Ajang penganugerahan piala Oscar 2019 baru saja usai. Meninggalkan banyak kisah haru dan juga bahagia di atas panggung yang menjadi rebutan para pelaku industri film dari seluruh dunia.
Oscar yang kini menjelma dari sekadar ajang penganugerahan tertinggi bagi insan perfilman dunia menjadi sebuah sajian hiburan yang menyita jutaan mata penonton di seluruh dunia, pada kenyataannya juga semakin sering menuai kontroversi.
Jauh-jauh hari sebelum perhelatan akbar tersebut dimulai, kontroversi demi kontroversi datang silih berganti memenuhi kolom-kolom berita internasional maupun lokal.
Namun untungnya, deretan kontroversi tersebut tak cukup menganggu dan perhelatan ini pun tetap berlangsung dengan cukup lancar dan sukses dilangsungkan hari ini.
Namun sejatinya, dari list pemenang Oscar yang versi lengkapnya bisa dilihat pada berbagai portal berita online, menghasilkan sesuatu yang cukup positif meskipun tetap tak bisa menghilangkan unsur kontroversialnya. Pesan kemanusiaan, anti diskriminasi dan girl power tetap mewarnai perhelatan Oscar 2019 ini.Â
Maka, menarik bagi saya untuk membuat semacam catatan akan beberapa hal positif dari berlangsungnya perhelatan akbar ini.
Berikut poin-poin nya;
Pembuktian dari Para Wanita Kulit Hitam
Tak Selamanya Pendatang Baru tak Berprestasi
Namun hari ini Lady Gaga seperti membuktikan bahwa tak selamanya predikat "anak bawang" tak mampu berprestasi.
Pada kategori Best Actress memang pada akhirnya tak dimenangi Gaga karena penghargaan tersebut jatuh ke tangan Olivia Colman. Namun, Gaga justru meraih rekor lainnya hari ini.
Tak hanya itu, lewat lagunya tersebut Gaga juga menjadi orang pertama yang memenangi 4 ajang penghargaan terbesar dunia di tahun yang sama. Mulai dari Oscar, Grammy, BAFTA, hingga Golden Globe semua sepakat bahwa Gaga dan Shallow-nya berhak mendapatkan penghargaan-penghargaan bergengsi tersebut. Well deserved, Gaga.
Girl Power Masih Menjadi Isu yang Hangat
Roma yang memenangi 3 kategori yaitu di kategori Best Director, Best Cinematography dan Best Foreign Language Film, menjadi contoh betapa film yang mengangkat isu feminisme dan kampanye #meToo yang terus menggema, masih sangat diperhitungkan banyak pihak. Potret sederhana kehidupan masyarakat kelas menengah dalam sudut pandang sang asisten rumah tangga yang disayang tuannya namun disatu sisi juga mengalami ketidakadilan sebagai wanita, menjadi contoh betapa film seperti ini sangat dibutuhkan dunia.
Penuturan sederhana dan konflik didalamnya yang hampir dirasakan oleh banyak orang diseluruh dunia, menjadi sebab kenapa Roma begitu pantas mendapatkan 3 kategori tersebut. Kategori Best Foreign Language Film yang dimenanginya juga menjadi bukti bahwa Roma memang layak berada di garda terdepan film yang mampu menyampaikan aspirasi kehidupan masyarakat kelas sosial menengah di seluruh dunia dengan pesan yang inspiratif.
Kembali ke film, Period jelas memberikan pesan sederhana dengan makna yang luas mengenai wanita pedesaan India. Penceritaannya cukup simple yaitu seputar fakta pembalut wanita yang penggunaannya di India sendiri baru sekitar 10%. Hanya saja, dari satu bahasan tentang pembalut wanita tersebut, mampu menyebar ke berbagai poin pembahasan lainnya.Â
Termasuk bagaimana pandangan masyarakat desa yang menganut sistem patriarki terhadap menstruasi wanita, hingga kurangnya penghargaan suami terhadap para wanita yang menjadi ibu rumah tangga karena jarangnya tempat kerja yang mau menampung wanita sebagai pekerjanya.
Dunia Tak Butuh Diskriminasi
Seperti kita tahu, perbedaan agama, ras dan golongan menjadi sumber berbagai aksi diskriminatif yang dilakukan berbagai pihak di seluruh dunia. Dan Green Book mencoba menawarkan sebuah film yang berani serta lantang melawan segala bentuk diskriminasi tersebut.
Tak hanya itu, pesan sosial yang dibalut dalam latar era segregasi rasial di Amerika bagian Selatan tersebut, menjadi semacam pesan yang kuat bahwa rasa kemanusiaan harus jauh lebih besar dari segala perbedaan yang ada. Entah perbedaan ras, agama, hingga perbedaan orientasi seksual. Jangan sampai ego manusia membuat dunia kembali ke masa segregasi rasial yang digambarkan dengan cukup pahit tersebut.
Kemenangan ini jelas sungguh layak karena Green Book tak hanya menjadi konsumsi kritikus saja, namun juga menjadi konsumsi publik yang kisahnya begitu mudah dinikmati juga dicintai. Pesan kuat yang disampaikan dengan narasi sederhana bahwa dunia tak butuh diskriminasi ras, agama dan golongan.
Penutup
Hanya saja, beberapa poin pembahasan pada tulisan ini menjadi poin-poin yang semakin menyatakan bahwa gelaran Oscar 2019 ini masih berada di trek yang benar terkait penyampaian pesan positif bagi dunia. Segala kontroversi yang ditimbulkan, saya pikir memang menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah perhelatan akbar yang disaksikan jutaan pasang mata di seluruh dunia, tak peduli bentuk dan nama perhelatannya.
Toh, gelaran Oscar tahun ini masih jauh lebih rapi dibandingkan gelaran tahun 2017 lalu. Dimana pembacaan kategori pamungkas, Best Picture, mengalami tragedi salah sebut yang seharusnya Moonlight menjadi La La Land.
*untuk list pemenang full, sila kunjungi link ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H