Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Oscar 2019, Pesan Anti Diskriminasi yang Menutup Segala Kontroversi

25 Februari 2019   15:24 Diperbarui: 25 Februari 2019   17:10 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tragedi salah sebut La La Land (businessinsider.com)

Ajang penganugerahan piala Oscar 2019 baru saja usai. Meninggalkan banyak kisah haru dan juga bahagia di atas panggung yang menjadi rebutan para pelaku industri film dari seluruh dunia.

Oscar yang kini menjelma dari sekadar ajang penganugerahan tertinggi bagi insan perfilman dunia menjadi sebuah sajian hiburan yang menyita jutaan mata penonton di seluruh dunia, pada kenyataannya juga semakin sering menuai kontroversi.

Jauh-jauh hari sebelum perhelatan akbar tersebut dimulai, kontroversi demi kontroversi datang silih berganti memenuhi kolom-kolom berita internasional maupun lokal.

Gulfnews.com
Gulfnews.com
Mulai dari pengumuman adanya kategori baru yaitu Achievement in Popular Film, Black Panther yang masuk ke dalam kategori Best Picture dan dinilai tak layak oleh beberapa kritikus, rencana Oscar tanpa pembawa acara hingga beberapa kategori yang tidak akan ditayangkan secara live melainkan ketika iklan berlangsung, menjadi beberapa contoh deretan kontroversi tersebut.

Namun untungnya, deretan kontroversi tersebut tak cukup menganggu dan perhelatan ini pun tetap berlangsung dengan cukup lancar dan sukses dilangsungkan hari ini.

Namun sejatinya, dari list pemenang Oscar yang versi lengkapnya bisa dilihat pada berbagai portal berita online, menghasilkan sesuatu yang cukup positif meskipun tetap tak bisa menghilangkan unsur kontroversialnya. Pesan kemanusiaan, anti diskriminasi dan girl power tetap mewarnai perhelatan Oscar 2019 ini. 

Maka, menarik bagi saya untuk membuat semacam catatan akan beberapa hal positif dari berlangsungnya perhelatan akbar ini.

Berikut poin-poin nya;

Pembuktian dari Para Wanita Kulit Hitam

Sumber: twitter @TheAcademy
Sumber: twitter @TheAcademy
Hannah Beachler dan Regina King yang masing-masing memenangi kategori Production Design untuk film Black Panther dan kategori Actress in Supporting Role untuk film If Beale Street Could Talk, menjadi semacam bukti bahwa peran wanita pada suatu film kini tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, untuk para wanita yang memiliki warna kulit berbeda dengan para aktris Hollywood yang berparas cantik dan berkulit putih.

Regina King (twitter @TheAcademy)
Regina King (twitter @TheAcademy)
Hannah dan Regina membuktikan bahwa warna kulit bukanlah menjadi halangan untuk berprestasi. Regina King yang juga mengalahkan nama-nama besar dalam kategori tersebut seperti Amy Adams, Emma Stone dan Rachel Weisz, tentu patut berbangga akan apa yang dicapainya saat ini. Dunia jelas telah melihat, bahwa prestasi mampu menepikan segala perbedaan dan pandangan fisik.

Tak Selamanya Pendatang Baru tak Berprestasi

Twitter @TheAcademy
Twitter @TheAcademy
Mungkin kita tak akan pernah mengira bahwa seorang Lady Gaga mampu memainkan peran yang cukup apik dalam film A Star is Born. Karena sebagai penyanyi, jelas kualitasnya tak bisa dipandang sebelah mata. Namun sebagai aktris dan dipercayakan pada sebuah film besar, tentu menjadi pertanyaan banyak pihak kala itu. 

Namun hari ini Lady Gaga seperti membuktikan bahwa tak selamanya predikat "anak bawang" tak mampu berprestasi.

Pada kategori Best Actress memang pada akhirnya tak dimenangi Gaga karena penghargaan tersebut jatuh ke tangan Olivia Colman. Namun, Gaga justru meraih rekor lainnya hari ini.

Variety.com
Variety.com
Dilansir dari laman instagram Vmagazine, lagu Shallow yang ditulisnya untuk film A Star is Born berhasil memenangi kategori Best Original Song.

Tak hanya itu, lewat lagunya tersebut Gaga juga menjadi orang pertama yang memenangi 4 ajang penghargaan terbesar dunia di tahun yang sama. Mulai dari Oscar, Grammy, BAFTA, hingga Golden Globe semua sepakat bahwa Gaga dan Shallow-nya berhak mendapatkan penghargaan-penghargaan bergengsi tersebut. Well deserved, Gaga.

Girl Power Masih Menjadi Isu yang Hangat

Roma (nybooks.com)
Roma (nybooks.com)
Isu feminisme memang masih cukup hangat di kalangan sineas dunia saat ini. Film-film yang memiliki pesan tentang girl power, seakan menjadi mesin penggerak yang dinilai efektif untuk menumbuhkan aksi konkrit dalam membela hak-hak wanita. Itulah sebabnya mengapa Marlina kala itu dijagokan masuk nominasi meskipun pada akhirnya harus terhenti di babak submisi.

Roma yang memenangi 3 kategori yaitu di kategori Best Director, Best Cinematography dan Best Foreign Language Film, menjadi contoh betapa film yang mengangkat isu feminisme dan kampanye #meToo yang terus menggema, masih sangat diperhitungkan banyak pihak. Potret sederhana kehidupan masyarakat kelas menengah dalam sudut pandang sang asisten rumah tangga yang disayang tuannya namun disatu sisi juga mengalami ketidakadilan sebagai wanita, menjadi contoh betapa film seperti ini sangat dibutuhkan dunia.

Penuturan sederhana dan konflik didalamnya yang hampir dirasakan oleh banyak orang diseluruh dunia, menjadi sebab kenapa Roma begitu pantas mendapatkan 3 kategori tersebut. Kategori Best Foreign Language Film yang dimenanginya juga menjadi bukti bahwa Roma memang layak berada di garda terdepan film yang mampu menyampaikan aspirasi kehidupan masyarakat kelas sosial menengah di seluruh dunia dengan pesan yang inspiratif.

Flixfilm.dk
Flixfilm.dk
Begitupun dengan film dokumenter pendek berjudul Period.End of Sentence produksi Netflix. Jika anda belum menontonnya, saran saya segeralah menonton dokumenter ini karena hanya membutuhkan waktu 25 menit untuk menyaksikan kisah inspiratif yang padat, informatif dan membuka jendela pengetahuan baru. Mungkin ulasannya akan saya buat pada tulisan berbeda.

Kembali ke film, Period jelas memberikan pesan sederhana dengan makna yang luas mengenai wanita pedesaan India. Penceritaannya cukup simple yaitu seputar fakta pembalut wanita yang penggunaannya di India sendiri baru sekitar 10%. Hanya saja, dari satu bahasan tentang pembalut wanita tersebut, mampu menyebar ke berbagai poin pembahasan lainnya. 

Termasuk bagaimana pandangan masyarakat desa yang menganut sistem patriarki terhadap menstruasi wanita, hingga kurangnya penghargaan suami terhadap para wanita yang menjadi ibu rumah tangga karena jarangnya tempat kerja yang mau menampung wanita sebagai pekerjanya.

whimn.com.au
whimn.com.au
Semua hal tersebut disajikan dengan padat, runut dan meninggalkan pesan yang kuat terkait girl power di akhir kisah. Apalagi sang sutradara yang berasal dari Iran, Rayka Zehtabchi, juga merupakan seorang wanita. Maka film ini jelas menjadi semacam film yang menampilkan kerinduan sang sutradara dalam menyuarakan emansipasi wanita lebih lagi ke seluruh dunia.

Dunia Tak Butuh Diskriminasi

Goodmorningamerica.com
Goodmorningamerica.com
Kemenangan Green Book pada kategori pamungkas, Best Picture, juga semakin menegaskan bahwa pesan anti diskriminasi dibutuhkan dunia saat ini. Terlepas dari berbagai kontroversi yang meliputi kemenangannya, Green Book memang layak mendapatkan penghargaan tersebut. 

Seperti kita tahu, perbedaan agama, ras dan golongan menjadi sumber berbagai aksi diskriminatif yang dilakukan berbagai pihak di seluruh dunia. Dan Green Book mencoba menawarkan sebuah film yang berani serta lantang melawan segala bentuk diskriminasi tersebut.

Tak hanya itu, pesan sosial yang dibalut dalam latar era segregasi rasial di Amerika bagian Selatan tersebut, menjadi semacam pesan yang kuat bahwa rasa kemanusiaan harus jauh lebih besar dari segala perbedaan yang ada. Entah perbedaan ras, agama, hingga perbedaan orientasi seksual. Jangan sampai ego manusia membuat dunia kembali ke masa segregasi rasial yang digambarkan dengan cukup pahit tersebut.

Green Book(vox.com)
Green Book(vox.com)
Kemenangan Green Book pun seakan menegaskan bahwa tak selamanya film nyeni atau arthouse begitu menjemukan untuk ditonton. Green Book menyajikan kisah sederhana dan kuat layaknya film-film Hollywood pada umumnya tanpa mencederai unsur-unsur film seni yang dibutuhkan sebuah ajang penghargaan film seperti sinematografi berkualitas tinggi, dark humor, selipan satir atau sarkasme kehidupan yang cerdas, dan yang pasti isu sosial yang begitu hangat dibicarakan. 

Kemenangan ini jelas sungguh layak karena Green Book tak hanya menjadi konsumsi kritikus saja, namun juga menjadi konsumsi publik yang kisahnya begitu mudah dinikmati juga dicintai. Pesan kuat yang disampaikan dengan narasi sederhana bahwa dunia tak butuh diskriminasi ras, agama dan golongan.

Penutup

Twitter @TheAcademy
Twitter @TheAcademy
Jelas masih banyak hal yang bisa dibahas dari gelaran Oscar 2019 ini. Seperti bersinarnya Rami Malek, Bohemian Rhapsody yang kemenangannya di beberapa kategori dinyinyir oleh netizen luar negeri, penampilan Brian May dan Adam Lambert yang memukau hingga Black Panther yang sah menjadi film MCU paling berprestasi saat ini.

Hanya saja, beberapa poin pembahasan pada tulisan ini menjadi poin-poin yang semakin menyatakan bahwa gelaran Oscar 2019 ini masih berada di trek yang benar terkait penyampaian pesan positif bagi dunia. Segala kontroversi yang ditimbulkan, saya pikir memang menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah perhelatan akbar yang disaksikan jutaan pasang mata di seluruh dunia, tak peduli bentuk dan nama perhelatannya.

Toh, gelaran Oscar tahun ini masih jauh lebih rapi dibandingkan gelaran tahun 2017 lalu. Dimana pembacaan kategori pamungkas, Best Picture, mengalami tragedi salah sebut yang seharusnya Moonlight menjadi La La Land.

Tragedi salah sebut La La Land (businessinsider.com)
Tragedi salah sebut La La Land (businessinsider.com)
Yang pasti, segala bentuk pesan anti diskriminasi, emansipasi wanita hingga kampanye #MeToo berhasil disampaikan melalui deretan film, aktris dan pelaku industri film lainnya yang memenangi berbagai kategori Oscar tahun ini. Ya, setidaknya berbagai pesan positif tersebut berhasil menutup segala kontroversi yang kemunculannya berdampingan dengan euforia perhelatan ini.

*untuk list pemenang full, sila kunjungi link ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun