Ada satu adegan yang cukup menguras emosi di film ini. Adegan dimana Vincent harus mengangkat telepon dari anak perempuan semata wayangnya yang beranjak dewasa. Pembicaraan yang juga didengar seluruh peserta makan malam itu berubah menjadi momen haru dan penuh pelajaran terkait pandangan orangtua terhadap budaya hubungan sex remaja di Eropa.Â
Sang anak meminta saran kepada Vincent akan apa yang harus dilakukannya terkait ajakan menginap di rumah kekasihnya yang kebetulan sedang tidak ada orangtuanya di rumah. Sang anak takut harus mengiyakan atau menolak. Menolak berarti membuat hubungannya menjadi renggang, sementara jika mengiyakan dirinya pun belum siap melakukan hubungan tersebut. Kegalauan sang anak yang kemudian dijawab dengan cukup bijak oleh Vincent sebagai berikut;
"Sampai kapanpun kau tetap kuanggap sebagai putri kecil Ayah. Dan aku tentu akan bilang jangan lakukan jika kau masih kuanggap anak-anak. Namun kau saat ini sudah dewasa dan bukan menjadi hak ku lagi untuk menentukan segala keputusan yang akan kau lakukan. Namun aku hanya bisa berpesan, jika kau yakin akan keputusanmu maka kau jawab iya, jika tidak maka jangan. Percayalah, akan selalu ada yang pertama untuk melakukan hal tersebut. Namun kau harus melakukannya dengan orang yang benar-benar kau cintai seumur hidupmu."
Penutup
Film ini jelas bukan film konsumsi semua umur dan ditujukan untuk penonton dewasa. Hal ini karena banyaknya konten dewasa seperti konten seksual yang muncul dalam obrolan dan jokes ringan, isu perselingkuhan, hubungan sesama jenis dan perselisihan keluarga yang cukup kompleks yang juga menjadi salah satu unsur utama film ini.
Le Jeu tidak memberikan akhir kisah yang memberikan kita pemahaman atau pencerahan baru seputar sisi gelap gawai atau penting tidaknya sebuah rahasia bagi suatu hubungan. Le Jeu membiarkan kita mengambil sendiri kesimpulan dari keseluruhan konflik yang tercipta bahkan mempersilakan kita untuk introspeksi diri kalau-kalau ada hal yang ternyata cukup mengena terhadap pribadi kita.
Hanya saja, narasi yang relevan dengan keadaan saat ini memang cukup membuat film ini menjadi film yang wajib masuk daftar tonton oleh siapapun yang usianya sudah mencukupi untuk menerima gelapnya komedi dan vulgarnya obrolan di sepanjang film ini.Â
Banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa diambil setelah selesai menyaksikan film ini. Juga semakin membuka pandangan kita terhadap sisi positif-negatif gawai dan perlakuan terhadap privasi yang terkandung didalamnya.
Gawai oh gawai. Kehadiranmu memang bak pedang bermata dua.