Perjalanan dan perkembangan film nasional di Indonesia sejatinya telah melalui proses yang cukup panjang.Â
Diawali dengan film bisu pertama yang diproduksi di tahun 1926 berjudul Loetoeng Kasaroeng, sutradara Belanda yaitu G.Kruger dan L.Heuveldorp berhasil memperkenalkan film ke masyarakat Indonesia dengan cerita legenda tanah air populer.
Meskipun dibesut oleh sutradara asal Belanda, nyatanya film yang ditayangkan pertama kali di teater Elite and Majestic yang berada di kota Bandung ini, didukung oleh aktor-aktor lokal pada masa itu. Meskipun film ini mengangkat legenda lokal, pada kenyataannya film ini kurang laris di pasar Indonesia sendiri.
Masih terkotak-kotaknya kebudayaan masyarakat pada saat itu menyebabkan film ini kurang laris di luar Jawa Barat, pun kurangnya pendanaan menjadikan kualitas film ini tak sebaik film-film import pada masa itu.
Ya, Usmar Ismail menjadi sutradara pertama asal Indonesia yang berhasil menciptakan film lokal pertama yang memiliki ciri dan semangat Indonesia yang sangat kental. Dan tanggal ini juga lah yang akhirnya ditetapkan sebagai hari film nasional di Indonesia.
Sebut saja karya-karyanya seperti  Tamu Agung yang merupakan komedi satir berisikan kritik cerdas kepada pemerintahan, Lewat Djam Malam yang berkisah tentang mantan tentara yang berjuang melawan korupsi, Tiga Dara yang merupakan drama musikal yang terinspirasi film Hollywood tahun 1936 berjudul Three Smart Girls, dan juga Anak Perawan di Sarang Penyamun yang merupakan adaptasi novel karya Sutan Takdir Alisjahbana,yang kemunculannya juga sempat menjadi polemik karena situasi politik pada saat itu.
Periode Keemasan Perfilman Indonesia
Di dalam negeri pun film-film seperti Catatan si Boydan Lupussukses menjadi ikon pop culture di Indonesia. Dari mulai gaya berpakaian,musik, potongan rambut, sampai gaya hidup anak-anak muda jaman itu pun turut dipengaruhi oleh karakter seperti Boy dan Lupus.